•) Ordo Isoptera.
Isoptera berasal dari bahasa Latin (is = sama, pteron = sayap) yang berarti Insekta bersayap sama.
Ciri-ciri lain yang dimiliki oleh ordo Isoptera adalah :
- Memiliki dua pasang sayap tipis yang tipe dan ukurannya sama.
- Mengalami metamorfosis tidak sempurna.
- Tipe mulut menggigit.
- Cara hidupnya membentuk koloni dengan sistem pembagian tugas tertentu yang disebut polimorfisme.
- Pembagian tugas itu adalah raja, ratu dan prajurit atau tentara.
Contoh : Helanithermis sp. (rayap).
•) Ordo Orthoptera
Orthoptera berasal dari bahasa Latin (orthop = lurus, pteron = sayap) yang berarti Insekta bersayap lurus.
Ciri-ciri lain yang dimiliki oleh ordo orthoptera adalah :
- Memiliki dua pasang sayap, yaitu sayap depan dan sayap belakang. Sayap
bagian depan lurus, lebih tebal, dan kaku (perkamen), sedangkan sayap
belakang tipis seperti selaput.
- Mengalami metamorfosis tidak sempurna.
- Tipe mulut menggigit.
- Kaki paling belakang (kaki ketiga membesar).
Contoh : Kecoa (Periplaneta americana), Jangkrik (Grillus sp.)., Belalang sembah (Tenodora sp.).
•) Ordo Hemiptera
Ciri-ciri lain yang dimiliki oleh ordo hemiptera adalah :
- Memiliki dua pasang sayap, yaitu sayap depan satu pasang seperti berkulit dan sayap belakang transparan.
- Mengalami metamorfosis tidak sempurna.
- Tipe mulut menusuk dan menghisap.
Contoh : Kutu busuk (Cymex rotundus)., Walang sangit (Leptocorisa acuta).
•) Ordo Odonata.
Ciri-ciri yang dimiliki oleh ordo homoptera adalah :
- Memiliki dua pasang sayap tipis seperti selaput.
- Mengalami metamorfosis tidak sempurna.
- Tipe mulut menggigit.
Contoh : Capung (Aesha sp.)
b) Endopterygota, adalah kelompok Insekta yang sayapnya
berasal dari tonjolan kearah dalam dinding tubuh. Berdasarkan tipe
sayap, tipe mulut, dan metamorfosisnya, endoptrygota dibedakan menjadi
beberapa ordo yaitu ordo Coleoptera, ordo Hymenoptera, ordo Diftera,
ordo Lepidoptera, ordo Shiponaptera.
•) Ordo Coleoptera
Coleoptera berasala dari bahasa Latin (coleos = perisai, pteron = sayap), berarti insekta bersayap perisai.
Ciri-ciri ordo Coleoptera adalah :
- Memiliki dua pasang sayap, yaitu sayap depan dan sayap belakang. Sayap
depan tebal dan permukaan luarnya halus yang mengandung zat tanduk
sehingga disebut elytra, sedangkan sayap belakang tipis seperti selaput.
- Mengalami metamorfosis sempurna.
- Tipe mulut menggigit.
Contoh : Kumbang kelapa (Oycies rhinoceros), Kutu gabah (Rhyzoperta dominica)
•) Ordo Hymenoptera
Ciri-ciri ordo hymenoptera adalah :
- Mengalami metamorfosis sempurna.
- Tipe mulut menggigit dan ada yang kombinasi untuk menggigit dan menjilat.
Contoh : Lebah madu (Apis), tawon (Xylocopa latipes), semut hitam (Monomorium sp.).
•) Ordo Diptera
Ciri-ciri ordo diptera adalah :
- Memiliki satu pasang sayap depan dan sayap belakang mengalami redukasi membentuk halter (alat keseimbangan).
- Mengalami metamorfosis sempurna.
- Tipe mulut menusuk dan menghisap serta menjilat.
- Dan memiliki tubuh ramping.
Contoh : Nyamuk rumah (Culex pipiens), nyamuk malaria (Anopheles sp.),
nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti), lalat buah (Drosophila
melanogaster), lalat tsetse (Glossina palpalis).
•) Ordo Lepidoptera
Ciri-ciri ordo Lepidoptera adalah :
- Memiliki dua pasang sayap yang bersisik halus.
- Mengalami metamorfosis sempurna.
- Tipe mulut pada tahap larva menggigit, sedangkan pada tahap dewasa menghisap.
- Mata fasetnya besar.
Contoh : Kupu-kupu Swallowtail, kupu-kupu sutera (Bombyx mori), kupu-kupu elang (Acherontia atropos).
•) Ordo Shiponaptera
Ciri-ciri ordo shiponaptera adalah :
- Tidak memiliki sayap.
- Mengalami metamorfosis sempurna.
- Tipe mulut menusuk dan menghisap.
- Kakinya pipih panjang dan digunakan untuk meloncat.
Contaoh : Kutu manusia (Pulex irritans), kutu kucing (Stenossphalus felic).
•) Ordo Dermaptera
Ciri-ciri ordo dermaptera adalah :
- Memiliki dua pasang sayap (satu pasang seperti berkulit, dan satu pasang bermembran), atau tidak bersayap.
- Mengalami metamorfosis sempurna.
- Tipe mulut menggigit.
Contoh : Earwig
Wednesday, April 24, 2013
Saturday, April 20, 2013
Khasiat
dan Manfaat Daun Sirih
Manfaat sirih untuk kesehatan sangat besar, daun tersebut mengandung zat
antiseptik pada seluruh bagiannya. Daun-nya bisa mengobati mimisan, mata merah,
keputihan, disfungsi ereksi, membuat suara nyaring, dan banyak lagi.
Khasiat daun sirih telah teruji secara klinis. Hingga saat ini kini, penelitian daun sirih masih terus dikembangkan.
Khasiat daun sirih telah teruji secara klinis. Hingga saat ini kini, penelitian daun sirih masih terus dikembangkan.
1. Obat Batuk
a) Siapkan 15 lembar daun sirih
b) tiga gelas air
c) Cuci bersih daun sirih tersebut dan rebus sampai tersisa menjadi tiga perempat bagian.
d) Minum bersamaan dengan madu
2. Obat Bronkitis
a) Rebus 7 lembar daun sirih yang telah dicuci bersih bersama sepotong gula batu dalam 2 gelas air bersih.
b) Tunggu sampai tersisa menjadi 1 gelas. Minum 3 x sehari masing-masing sepertiga gelas.
3. Menghilangkan bau badan
a) Ambil 5 lembar daun sirih dan rebus dengan 2 gelas air.
b) Tunggu sampai tersisa menjadi satu gelas.
c) Minum pada siang hari.
4. Obat Luka Bakar
a) Ambil daun sirih secukupnya dan cuci bersih.
b) Peras airnya dan tambahkan sedikit madu.
c) Bubuh-kan ke tempat luka bakar.
5. Obat Mimisan
a) Siapkan 1 lembar daun sirih yang agak muda,
b) kemudian memarkan dan gulung.
c) Sumbatkan hidung yang berdarah.
6. Obat Bisul
a) Ambil daun sirih secukupnya dan cuci bersih.
b) Setelah itu giling sampai halus dan dioleskan pada bisul.
c) Balut dan ganti 2 x sehari.
7. Obat Mata Gatal dan Mata Merah
a) Sediakan 5-6 daun sirih muda dan segar rebus dengan 1 gelas air sampai mendidih.
b) Jika sudah, tunggu sampai dingin.
c) Gunakan untuk mencuci mata dengan gelas cuci mata 3 x sehari sampai sembuh.
8. Obat Koreng dan Obat Gatal
a) Rebus 20 lembar daun sirih sampai mendidih.
b) Gunakan air rebusan yang masih hangat untuk membasuh koreng dan gatal.
9. Obat Gusi Berdarah
a) Rebus 4 lembar daun sirih dalam 2 gelas air.
b) Berkumur-lah secukup-nya.
10. Obat Sariawan
a) Ambil 1-2 lembar daun sirih kemudian cuci bersih.
b) Kunyah sampai lumat dan buang ampasnya setelah selesai.
11. Menghilangkan Bau Mulut
a) Siapkan 2-4 lembar daun sirih, Cuci bersih dan remas.
b) Seduh dengan air panas lalu gunakan untuk berkumur.
12. Obat Jerawat
a) Ambil 7-10 lembar daun sirih , cuci bersih dan tumbuk halus.
b) Seduh dengan dua gelas air panas.
c) Gunakan air tersebut untuk mencuci muka.
d) Lakukan 2-3 x sehari.
13. Obat Keputihan
a) Rebus 10 daun sirih yang telah dicuci bersih dalam 2,5 liter air.
b. Gunakan air rebusan yang masih hangat tersebut untuk Miss V -nya.
14. Mengobati ASI Berlebih
a) Ambil beberapa daun sirih, cuci bersih dan olesi dengan minyak kelapa.
b) Kemudian hangatkan di atas api sampai layu.
c) Tempelkan di seputar payudara yang bengkak selagi masih hangat.
a) Siapkan 15 lembar daun sirih
b) tiga gelas air
c) Cuci bersih daun sirih tersebut dan rebus sampai tersisa menjadi tiga perempat bagian.
d) Minum bersamaan dengan madu
2. Obat Bronkitis
a) Rebus 7 lembar daun sirih yang telah dicuci bersih bersama sepotong gula batu dalam 2 gelas air bersih.
b) Tunggu sampai tersisa menjadi 1 gelas. Minum 3 x sehari masing-masing sepertiga gelas.
3. Menghilangkan bau badan
a) Ambil 5 lembar daun sirih dan rebus dengan 2 gelas air.
b) Tunggu sampai tersisa menjadi satu gelas.
c) Minum pada siang hari.
4. Obat Luka Bakar
a) Ambil daun sirih secukupnya dan cuci bersih.
b) Peras airnya dan tambahkan sedikit madu.
c) Bubuh-kan ke tempat luka bakar.
5. Obat Mimisan
a) Siapkan 1 lembar daun sirih yang agak muda,
b) kemudian memarkan dan gulung.
c) Sumbatkan hidung yang berdarah.
6. Obat Bisul
a) Ambil daun sirih secukupnya dan cuci bersih.
b) Setelah itu giling sampai halus dan dioleskan pada bisul.
c) Balut dan ganti 2 x sehari.
7. Obat Mata Gatal dan Mata Merah
a) Sediakan 5-6 daun sirih muda dan segar rebus dengan 1 gelas air sampai mendidih.
b) Jika sudah, tunggu sampai dingin.
c) Gunakan untuk mencuci mata dengan gelas cuci mata 3 x sehari sampai sembuh.
8. Obat Koreng dan Obat Gatal
a) Rebus 20 lembar daun sirih sampai mendidih.
b) Gunakan air rebusan yang masih hangat untuk membasuh koreng dan gatal.
9. Obat Gusi Berdarah
a) Rebus 4 lembar daun sirih dalam 2 gelas air.
b) Berkumur-lah secukup-nya.
10. Obat Sariawan
a) Ambil 1-2 lembar daun sirih kemudian cuci bersih.
b) Kunyah sampai lumat dan buang ampasnya setelah selesai.
11. Menghilangkan Bau Mulut
a) Siapkan 2-4 lembar daun sirih, Cuci bersih dan remas.
b) Seduh dengan air panas lalu gunakan untuk berkumur.
12. Obat Jerawat
a) Ambil 7-10 lembar daun sirih , cuci bersih dan tumbuk halus.
b) Seduh dengan dua gelas air panas.
c) Gunakan air tersebut untuk mencuci muka.
d) Lakukan 2-3 x sehari.
13. Obat Keputihan
a) Rebus 10 daun sirih yang telah dicuci bersih dalam 2,5 liter air.
b. Gunakan air rebusan yang masih hangat tersebut untuk Miss V -nya.
14. Mengobati ASI Berlebih
a) Ambil beberapa daun sirih, cuci bersih dan olesi dengan minyak kelapa.
b) Kemudian hangatkan di atas api sampai layu.
c) Tempelkan di seputar payudara yang bengkak selagi masih hangat.
Thursday, April 11, 2013
Tugas Ilmu Hama Terapan
Hama Penting Pada Tanaman Jagung
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Di Indonesia, jagung merupakan bahan
pangan penting sumber karbohidrat
kedua setelah beras. Disamping itu, jagung pun digunakan untuk bahan
makanan ternak (pakan) dan bahan baku industri. Penggunaan
sebagai bahan pakan yang sebgian besar untuk pakan ternak ayam buras
menunjukan tendensi makin meninggkat setiap tahun dengan laju
kenaikan lebih dari 20%. Sebaliknya pangguanaan sebagai bahan pangan
menurun.
Disentralisasi Hama penyakit pada
tanaman jagung tersendiri menjadi tantangan dalam peningkatan
produksi, tingkat persentase serangan hama dapat mencapai 60 % yang
dapat menyebabkan menurunnya hasil produksi pertanian. Seperti Ulat
penggerek daun atau batan maupun yang lainnya. Hama
ini dapat merusak tanaman jagung baik pada fase vegetatif maupun pada
fase generatif.
Berbagai
cara pengendalian
telah
dilakukan antara lain penggunaan insektisida dan varietas tahan.
Penggunaan insektisida dalam pengendalian hama sangat populer
dikalangan petani, namun banyak fakta yang menunjukkan bahwa
penggunaan insektisida yang sangat intensif justru memacu
perkembangan populasi hama, sehingga intensitas serangan hama makin
meningkat serta berdampak buruk bagi lingkungan, misalnya terjadi
resistensi serangga terhadap insektisida, resurgensi,
keracunan/matinya musuh alami dan serangga bukan hama, serta
mening-katnya biaya produksi. Sedangkan peng-gunaan varietas tahan
masih sangat terbatas pada uji preferensi pada ekosistem yang
terbatas.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan penting dalam mempelajari hama penting yang
menyerang tanaman jagung (Zea mayz L) yaitu mengetahui
jenis-jenis hama yang menyerang tanaman jagung, gejala serangannya,
dan pengendaliannya. Sedangkan kegunaannya adalah
sebagai bahan informasi dalam pengelompokan tingkat serangan hama
pada tanaman jagung
O. furnacalis termasuk
ke dalam ordo Lepodoptera dan famili Pyralidae. Hama ini tersebar
luas di dan Australia dan dapat menyerang tanaman jagung baik pada
fase vegetatif maupun fase generatif. Kerusakan
tanaman terjadi karena larva menggerek bagian batang tanaman untuk
mendapatkan makanan. Beberapa peneliti mengemukakaan bahwa
gerekan O. furnacalis pada
batang tidak berpengaruh nyata terhadap penurunan hasil tanaman
jagung (Nafus dan Schreiner 1991).
Imago O. furnacalis
dapat meletakkan telur 300-500 butir
dan umumnya meletakkan telur secara berkelompok di permukaan bawah
daun pada tanaman yang berumur 2 minggu terutama pada daun muda yaitu
tiga daun teratas (Kalshoven 1981). Jumlah telur tiap kelompok sangat
beragam antara 30-50 butir atau bahkan dapat lebih dari 90 butir.
Puncak peletakan telur terjadi pada stadia pembentukan malai sampai
keluarnya bunga jantan. Kelompok telur yang diletakkan selama fase
pembentukan bunga jantan sampai rambut tongkol berwarna coklat,
larvanya memberi kontribusi terbesar terhadap kerusakan tanaman
(Subandi et al.
1988). BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Hama Utama Tanaman Jagung
2.1.1. Penggerek Batang Jagung,
O. furnacalis (Lepidoptera:Pyralidae)
O. furnacalis termasuk
ke dalam ordo Lepodoptera dan famili Pyralidae. Hama ini tersebar
luas di dan Australia dan dapat menyerang tanaman jagung baik pada
fase vegetatif maupun fase generatif. Kerusakan
tanaman terjadi karena larva menggerek bagian batang tanaman untuk
mendapatkan makanan. Beberapa peneliti mengemukakaan bahwa
gerekan O. furnacalis pada
batang tidak berpengaruh nyata terhadap penurunan hasil tanaman
jagung (Nafus dan Schreiner 1991).
Imago O. furnacalis
dapat meletakkan telur 300-500 butir
dan umumnya meletakkan telur secara berkelompok di permukaan bawah
daun pada tanaman yang berumur 2 minggu terutama pada daun muda yaitu
tiga daun teratas (Kalshoven 1981). Jumlah telur tiap kelompok sangat
beragam antara 30-50 butir atau bahkan dapat lebih dari 90 butir.
Puncak peletakan telur terjadi pada stadia pembentukan malai sampai
keluarnya bunga jantan. Kelompok telur yang diletakkan selama fase
pembentukan bunga jantan sampai rambut tongkol berwarna coklat,
larvanya memberi kontribusi terbesar terhadap kerusakan tanaman
(Subandi et al.
1988).
Larva instar pertama langsung berpencar segera
sesudah menetas ke bagian tanaman yang lain. Pada stadia pembentukan
malai larva instar I hingga instar III akan makan daun muda yang
masih menggulung dan pada permukaan daun yang terlindung dari daun
yang telah membuka. Sekitar 67-100% dari larva instar I dan II berada
pada bunga jantan. Larva instar III masih sebagian besar berada pada
bunga jantan meskipun sudah ada pada bagian tanaman yang lain. Instar
IV hingga VI mulai menggerek pada bagian buku dan masuk ke dalam
batang. Larva masuk ke dalam batang dan menggerek ke bagian atas.
Gejala visual serangan O.
furnacalis pada batang adalah adanya
lubang gerek pada batang serta terdapatnya kotoran larva di dekat
lubang tersebut. Apabila batang dibelah akan tampak liang gerek larva
di dalam batang (Malijan dan Sanchez, 1986 dalam
Subandi et
al. 1988). Menurut Culy (2001), gerekan
larva pada batang menyebabkan kerusakan jaringan pembuluh sehingga
menggangu proses transportasi air dan unsur hara dan mengakibatkan
pertumbuhan terhambat yang pada akhirnya dapat mempengaruhi hasil
tanaman. Selain itu, sering ditemukan juga larva instar I-III makan
pada pucuk tongkol dan rambut tongkol. Instar berikutnya makan
pada tongkol dan biji.
Larva yang akan membentuk pupa membuat lubang keluar yang ditutup
dengan lapisan epidermis. Sebagian stadia larva ditemukan makan pada
sorgum, Panicum viride, Amaranthus dan berbagai jenis
tumbuhan lain apabila tanaman jagung sudah dipanen.
Imago meletakkan telur pada malam hari dan sering
dijumpai pada rambut tongkol jagung. Telur diletakkan satu per satu
di atas rambut jagung. Setelah menetas larva berpindah ke bagian
tongkol jagung yang masih muda dan memakan langsung biji-biji jagung.
Seekor betina dapat meletakkan telur hingga
1000 butir. Stadium telur 2-5 hari. Larva yang baru menetas akan
makan pada rambut tongkol dan kemudian membuat lubang masuk ke
tongkol. Ketika larva makan akan meninggalkan kotoran dan tercipta
iklim mikro yang cocok untuk pertumbuhan cendawan yang menghasilkan
mikotoksin sehingga tongkol rusak.
Larva H. armigera
memiliki kebiasaan makan secara
berpindah dari satu buah ke buah lainnya, sehingga jumlah buah yang
dirusak selalu lebih banyak daripada jumlah larva yang ada pada
tanaman (Daha et al. 1998).
Penggerek ini juga dapat menyerang tanaman muda terutama pada pucuk
atau malai yang dapat mengakibatkan tidak terbentuknya bunga jantan,
berkurangnya hasil dan bahkan tanaman dapat mati (Subandi et
al. 1988).
Larva muda berwarna putih kekuning-kuningan dengan
toraks berwarna hitam. Stadium larva terdiri dari 6 instar dan
berjumlah antara 17-24 dalam satu tongkol. Larva instar terakhir akan
meninggalkan tongkol dan membentuk pupa dalam tanah. Stadium pupa
berkisar antara 12-14 hari. Dari telur hingga stadia dewasa berupa
kupu-kupu kecil berkisar 35 hari dan terbang mengisap madu dari bunga
(Kalshoven 1981).
Gejala serangan ulat penggerek tongkol dimulai
pada saat pembentukan kuncup bunga dan buah muda. Menurut Daha et
al. (1998), tanaman tomat atraktif
terhadap peneluran H. armigera selama
berlangsung fase pembungaan. Larva H.
armigera masuk ke dalam buah muda,
memakan biji-biji jagung karena larva hidup di dalam buah, biasanya
serangan serangga ini sulit diketahui dan sulit dikendalikan dengan
insektisida (Sarwono 2003).
2.1.3. Ulat Grayak (Spodoptera
litura, Mythimna sp. Noctuidae: Lepidotera)
Spodoptera
litura
meletakkan telur secara berkelompok di permukaan daun dan ditutupi
oleh bulu-bulu yang berwarna coklat muda dan setiap kelompok telur
terdiri atas 50-400 butir. Larva terdiri atas enam instar dan instar
terakhir mempunyai bobot mencapai 800 mg dan menghabiskan 80% dari
total konsumsi makanannya Larva bersembunyi dalam tanah pada siang
hari dan baru aktif pada malam hari, kecuali S.
exempta
yang juga aktif pada siang hari. Spesies ini adalah serangga
polipagous. Tanaman inangnya selain jagung adalah tomat, kapas,
tembakau, padi, kakao, jeruk, ubi jalar, kacang tanah, jarak,
kedelai, kentang, kubis, dan bunga matahari.
Mythimna
sp.
merupakan hama polipagous dan menyerang banyak tanaman, antara lain
jagung, padi, sorgum, dan kacang-kacangan. Ada beberapa spesies dari
genus ini yang dapat merusak tanaman jagung antara lain M.
separata
dan M.
loreyi.
Serangga
meletakkan telur secara berkelompok pada daun dan ditutupi dengan
bulu-bulu yang berwarna coklat. Seekor
M.
separata
betina mampu meletakkan telur 500-900 butir. Masa inkubasi telur
berkisar antara 2-13 hari, bergantung suhu, tetapi normalnya 3-4 hari
pada suhu 25OC.
Telur yang baru diletakkan berwarna hijau keputih-putihan, kemudian
berubah menjadi kuning dan berwarna hitam sebelum menetas.
Larva
instar I memakan cangkang telur. Stadia larva terdiri atas enam
instar dengan stadium 13-18 hari. Pada siang hari larva bersembunyi
dalam tanah dan aktif menyerang pada malam hari. Pola warna larva
berbeda, bergantung pada perilakunya.
Pada
kondisi gregarious larva berwarna gelap dan aktif, sementara pada
kondisi solitary berwarna lebih terang dan pasif. Pupa terbentuk
dalam tanah dengan lama pupasi sekitar sembilan hari. Serangga dewasa
dapat kawin beberapa kali dan meletakkan telur selama 2-6 hari.
Perkembangan dari telur sampai dewasa berkisar 30-39 hari.
Gejala
serangan, Larva serangga ini memakan daun dengan bentuk yang tidak
beraturan. Dalam kondisi yang sangat lapar, larva memakan daun hingga
menyisakan tulang daun.
2.2. Hama Sekunder
2.2.1. Lalat
Bibit (Atherigona
sp.,
Ordo: Diptera)
Atherigona
sp. biasanya meletakkan telur pada pagi hari atau malam hari.
Telur-telur tersebut diletakkan secara tunggal di bawah daun, axil
daun, atau batang dekat permukaan tanah. Telur
menetas pada malam hari minimal 33 jam atau maksimal empat hari
setelah telur diletakkan. Telur spesies ini berwarna putih dengan
panjang 1,25 mm dan lebar 0,35 mm dan warnanya berubah menjadi gelap
sebelum menetas.
Larva
terdiri atas tiga instar dengan stadia larva 6-18 hari. Larva spesies
ini terdiri atas 12 ruas (satu ruas kepala, tiga ruas thorax, dan
delapan ruas abdomen). Panjang larva mencapai 9 mm, berwarna putih
krem pada awalnya dan selanjutnya menjadi kuning hingga kuning gelap.
Pupa
terdapat pada pangkal batang dekat atau di bawah permukaan tanah.
Imago keluar dari pupa setelah 5-12 hari pada pagi atau sore hari.
Puparium berwarna coklat kemerahan sampai coklat dengan panjang 4,1
mm. Segmentasi tidak dapat dibedakan.
Imago
akan terbang satu jam setelah keluar dari pupa. Kopulasi tidak
terjadi pada beberapa hari setelah muncul dari pupa. Serangga dewasa
sangat aktif terbang dan sangat tertarik pada kecambah atau tanaman
yang baru tumbuh. Imago berukuran kecil dengan panjang 2,5-4,5 mm,
caput agak lebar dengan antena panjang, thorax berambut, abdomen
berwarna kuning dengan spot hitam pada bagian dorsal. Imago betina
mulai meletakkan telur 3-5
hari setelah kawin dengan jumlah telur 7-22 butir atau bahkan dapat
mencapai 70 butir. Imago betina meletakkan telur selama 3-7 hari.
Lama
hidup serangga dewasa bervariasi antara 5-23 hari, masa hidup betina
dua kali lebih lama daripada jantan. Siklus hidup telur hingga
menjadi dewasa adalah 21-28 hari.
Gejala
serangan, Larva yang baru menetas melubangi batang, kemudian membuat
terowongan hingga ke dasar batang sehingga tanaman menjadi kuning dan
akhirnya mati. Jika
tanaman mengalami recovery, maka pertumbuhannya akan kerdil.
2.2.2 Kutu Daun, Rhopalosiphum
maidis Fitch. (Homoptera: Aphididae)
Kutu Daun ini menginfeksi semua bagian tanaman,
akan tetapi infeksi terbanyak terjadi pada daun. Kutu ini selain
merusak daun tanaman inangnya juga membawa sebagai vector dari
berbagai macam virus penyakit. Populasi kutu ini dapat mengalami
perkembangan yang pesat.
Perkembangbiakan
kutu daun secara parthenogenesis memungkinkan spesies kutu daun ini
untuk melestarikan jenisnya tanpa harus melakukan perkawinan. Daur
hidup kutu ini dimulai dari telur, kemudian nympha, dan kutu dewasa.
Pada fase nympha, kutu ini mengalami 4 tahapan. Tahapan pertama
nympha akan tampak berwarna hijau cerah dan sudah terdapat antena.
Tahap nympha kedua tampak berwarna hijau pale dan sudah tampak
kepala, abdomen, mata berwarna merah, dan antenna yang terlihat lebih
gelap dari pada warna tubuh. Pada tahap ketiga, antena akan terbagi
menjadi 2 segmen, warna tubuh masih hijau pale dengan sedikit lebih
gelap pada sisi lateral tubuhnya, kaki tampak lebih gelap daripada
warna tubuh. Kutu dewasa ada beberapa yang memiliki sayap (alate) dan
yang tidak memiliki saya (apterous). Sayap pada kutu ini memiliki
panjang antara 0,04 to 0,088 inchi. Tubuh kutu dewasa berwarna kuning
kehijauan sampai berwarna hijau gelap.
Kutu
daun (Rhopalosiphum
maidis)
menyerang pertanaman jagung terutama pada bagian pucuk daun yang
masih muda. Hama
ini menyerang mulai dari awal pertanaman. Hama ini ditemukan sangat
banyak di pertanaman. Gejala
kerusakan yang disebabkan oleh hama ini adalah nekrotik, daun
mengkriting dan warna daun berubah.
2.2.3. Belalang, Oxya
spp. (Orthophtera: Acrididae)
Imago betina Oxya sp.
meletakkan telur secara berkelompok dan ditutupi dengan zat yang
menyerupai busa. Telur-telur tersebut
diletakkan di dalam tanah atau jaringan tanaman padi. Telur Oxya
sp. berwarna coklat kekuningan
berbentuk silinder menyerupai butiran gabah. Satu kelompok telur
rata-rata berisi sembilan butir dan umumnya kelompok telur tersebut
akan menetas pada pagi hari empat minggu setelah peletakkan
(Kalshoven 1981).
Nimfa terdiri dari lima instar yang masing-masing
dapat dibedakan dari ukuran dan warna. Nimfa instar I berukuran 7 mm,
berwarna hitam mengkilap kehijauan dengan mata majemuk abu-abu
keperakan. Nimfa instar 2 berukuran 6- 11 mm, dengan warna hitam
memudar. Nimfa instar 3 berukuran 9-14 mm, berwarna coklat kehijauan
dan sudah terbentuk bakal sayap. Nimfa instar 4 berukuran 12-17 mm,
berwarna hijau kecoklatan dengan bakal sayap mencapai mesotoraks dan
metatoraks. Nimfa instar 5 berukuran 16-22 mm, bakal sayap mencapai
abdomen ruas ketiga. Lama stadium nimfa berkisar antara 51- 73 hari.
Imago jantan umumnya berukuran 18-27 mm, sedangkan
imago betina antara 24-43,5 mm. Imago berwarna hijau kekuningan atau
kuning kecoklatan dan tampak mengkilat. Imago jantan mempunyai
sepasang garis terang dikepala dan bagian dorsal sedangkan pada imago
betina terdapat garis gelap dibagian mata hingga pangkal sayap (CPC
2000).
Gejala serangan belalang tidak spesifik,
bergantung pada tipe tanaman yang diserang dan tingkat populasi. Daun
biasanya bagian pertama yang diserang. Hampir keseluruhan daun habis
termasuk tulang daun, jika serangannya parah. Spesies ini dapat pula
memakan batang dan tongkol jagung jika populasinya sangat tinggi
dengan sumber makanan terbatas
2.3.
Teknik pengendalian
2.3.1.
Pengendalian Ostrinia
furnacalis
- Kultur teknisWaktu tanam yang tepat.Tumpang sari jagung dengan kedelai atau kacang tanah.Pemotongan sebagian bunga jantan (4 dari 6 baris tanaman).Pengendalian hayati, Pemanfaatan musuh alami seperti : Parasitoid Trichogramma spp. Parasitoid tersebut dapat memarasit telur O. furnacalis. Predator Euborellia annulata memangsa larva dan pupa O. Furnacalis. Bakteri Bacillus thuringiensis Kurstaki mengendalikan larva O. Furnacalis, Cendawan sebagai entomopatogenik adalah Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae mengendalikan larva O. furnacalis. Ambang ekonomi 1 larva/tanaman.Pengendalian kimiawi, Penggunaan insektisida yang berbahan aktif monokrotofos, triazofos, diklhrofos, dan karbofuran efektif untuk menekan penggerek batang jagung.
2.3.2.
Pengendalian H. armigera
Pengendalian H.
armigera dapat dilakukan dengan cara
hayati, kultur teknis, dan kimiawi. Pengendalian hayati yaitu
menggunakan parasitoid Trichogramma spp.
yang merupakan parasit telur dan Eriborus
argentiopilosa (Ichneumonidae) parasit
pada larva muda, cendawan Metarhizium
anisopliae menginfeksi larva, bakteri
Bacillus thuringensis dan
virus Helicoverpa armigera Nuclear
Polyhedrosis Virus (HaNPV) menginfeksi
larva. Pengendalian kultur teknis yaitu pengelolaan tanah yang baik
akan merusak pupa yang terbentuk dalam tanah dan dapat mengurangi
populasi H. armigera berikutnya.
Pengendalian kimiawi yaitu dengan penyemprotan insektisida Decis
dilakukan setelah terbentuknya rambut jagung pada tongkol dan
2.3.3.
Pengendalian Lalat Bibit
Pengendalian
hayati : Parasitoid
yang
memarasit telur adalah Trichogramma
spp,
dan parasit larva adalah Opius
sp.
Dan Tetrastichus
sp.
Predator
Clubiona
japonicola yang
merupakan predator imago.
Kultur
teknis dan pola tanam : Oleh
karena aktivitas lalat bibit hanya selama 1 – 2 bulan pada musim
hujan, maka dengan mengubah waktu tanam, pergiliran tanaman dengan
tanaman bukan padi, tanaman dengan tanaman bukan padi, dengan tanam
serempak serangan dapat dihindari.
Varietas
Resisten : Galur-galur
jagung QPM putih yang tahan terhadap lalat bibit adalah MSQ-P1
(S1)-C1-12, MSQ-P1(S1)-C1-44, MSQ-P1(S1)-C1-45, sementara galur-galur
jagung QPM kuning yang tahan terhadap serangan hama ini adalah
MSQ-K1(S1)-C1-16, MSQ-K1(S1)-C1-35, MSQ-K1(S1)-C1-50.
Kimiawi : Pengendalian
dengan insektisida dapat dilakukan dengan perlakuan benih (seed
dressing), yaitu thiodikarb dengan dosis 7,5-15g b.a./kg benih atau
karbofuran dengan dosis 6g b.a./kg benih. Selanjutnya setelah tanaman
berumur 5-7 hari, tanaman disemprot dengan karbosulfan dengan dosis
0,2kg b.a./ha atau thiodikarb 0,75 kg b.a/ha. Penggunaan insektisida
hanya dianjurkan di daerah endemik
2.3.4.
Pengendalian Kutu Daun
Pengendalian hama ini dapat menggunakan musuh
alami yaitu dengan parasitoid Lysiphlebus
mirzai (Famili: Braconidae). Coccinella
sp. dan Micraspis
sp. juga dapat dimanfaatkan sebagai
predator. Selain itu, pengendalian dengan kultur teknis juga dapat
dilakukan yaitu dengan penanaman jagung secara polikultur karena akan
meningkatkan predasi dari predator kutu daun dibandingkan dengan
penanaman secara monokultur.
2.3.5.
Pengendalian Belalang
Beberapa musuh alami berupa parasitoid dan
predator telah dilaporkan dapat mengendalikan populasi Oxya
sp. musuh alami tersebut diantaranya
adalah larva Systoechus sp.
(Diptera: Bombyliidae). Selain itu, burung dan laba-laba dapat
menurunkan populasi Oxya sp.
(CPC 2000). Musuh alami Oxya sp.
dari golongan patogen serangga adalah Metarhizium
anisopliae. Dalam penelitian yang telah
dilakukan, patogen ini digunakan sebagai biopestisida yang mampu
mengendalikan 70-90 % belalang selama kurun
waktu 14-20 hari (Pabbage et
al. 2007).
2.3.6.
Pengendalian Ulat Grayak (Spodoptera
litura)
Kultur
teknik
- Pembakaran tanaman
- Pengolahan tanah yang intensif.
Mengumpulkan
larva atau pupa dan bagian tanaman yang terserang kemudian
memusnahkannya. Penggunaan
perangkap feromonoid seks untuk ngengat sebanyak 40 buah per hektar
atau 2 buah per 500 m2 dipasang di tengah tanaman sejak tanaman
berumur 2 minggu.
Pengendalian
Hayati
Pemanfaatan
musuh alami seperti : patogen
SI-NPV
(Spodoptera litura- Nuclear Polyhedrosis Virus),
Cendawan
Cordisep,
Aspergillus flavus, Beauveria bassina, Nomuarea rileyi, dan
Metarhizium anisopliae,
bakteri
Bacillus
thuringensis,
nematoda
Steinernema
sp,.
Predator
Sycanus
sp,. Andrallus spinideus, Selonepnis geminada,
parasitoid
Apanteles
sp., Telenomus spodopterae, Microplistis similis, dan Peribeae sp.
Pengendalian
Kimiawi
Beberapa
insektisida yang dianggap cukup efektif adalah monokrotofos,
diazinon, khlorpirifos, triazofos, dikhlorovos, sianofenfos, dan
karbaril.
BAB III
PENUTUP
Berdasarkan dari
hasil pemaparan makalah yang berjudul Hama
Penting Pada Tanaman Jagung (Zea
mayz L ), dapat diambil kesimpulan,
yaitu:
- Hama utama tanaman jagung yaitu penggerek batang (Ostrinia furnacalis) dan ulat penggerek tongkol (H. armigera)
- Hama sekunder tanaman jagung yaitu lalat bibit, kutu daun, belalang dan ulat grayak.
- Teknik pengendalian yang dapat dilakukan untuk menekan serangan hama yaitu dengan kultur teknis, pengendalian hayati, pengendalian fisik mekanik dan pengendalian kimiawi.
DAFTAR PUSTAKA
Akib,
W., J. Tandiabang, dan Tenrirawe. 2000. Dinamika hama utama tanaman
jagung pada pola tanam berbasis jagung. Hasil Penelitian Hama dan
Penyakit. Hal.1-9.
Departement
for Environment. 2000. Helicoverpa
armigera
and Helico-verpa
zea.
http:www.defra. gov.uk/ planth/pest note/helicov.htm.
Cunningham, J.P.,
S.A. West, and D.J. Wright. 1998. Learning in the nectar foraging
behaviour of Helicoverpa
armigera.
Unievrsity of Edinburgh. Ecological Entomology. 23:363-369.
Huang,
U., Shaofu Xu, Xiang han Tamag, and Jiawei Du. 2005. Male
orientation inhibitor of Helicoverpa
armigera
(Lepidoptera : Noctuidae). http://plasa.snu.ac.kr/-ksboo/
korean_home/infortation/pheromones/96 symposium/9634mp10.htm.
Kuswanudin,
D., S.G. Budiarti, dan S.A. Rais. 2005. Evaluas
ketahanan plasma nutfah jagung terhadap lalat bibit Atherigona
exigua
Stein. http://66-102.7.104/
search.
Ortega, A. 1987.
Insect Pest of Maize. CIMMYT. P.90-92.
Tandiabang,
J. 2002. Fluktuasi populasi predator dan parasitoid dari Ostrinia
furnacalis
dan Helicoverpa
armigera
pada tanaman jagung di lahan kering. Hasil Penelitian Hama dan
Penyakit. Hal.1-9.
Buah Manggis
Manfaat Buah Manggis
Berikut
ini beberapa manfaat buah manggis bagi kesehatan yang perlu anda
ketahui.
- Dapat menyembuhkan dan juga mencegah penyakit kanker.
- Dapat mencegah penyakit mematikan seperti kanker, diabetes, penyakit jantung, dan lainnya.
- Dapat mengurangi tekanan darah tinggi.
- Melawan radikal bebas.
- Dapat menurunkan kadar kolesterol.
- Dapat mengatasi kegemukan atau mengurangi berat badan.
- Dapat meningkatkan energi kita.
- Dapat mengatasi penyakit batu ginjal.
- Memelihara/melancarkan pencernaan karena buah manggis kaya dengan serat.
- Mengatasi ganguan pernafasan.
- Buah manggis dapat mencegah tumbuhnya sel-sel pada penyakit leukemia.
- Mencegah gangguan penglihatan seperti katarak.
- Mampu mencegah penyakit jantung.
- Membantu menyembuhkan penyakit asma.
- Menjaga saluran kencing.
Wednesday, April 10, 2013
Teknik Pengambilan Sampel
TEKNIK SAMPLING
Sampel adalah sebagian
dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika tidak ada populasi. Populasi
adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti. Penelitian yang
dilakukan atas seluruh elemen dinamakan sensus. Idealnya, agar hasil
penelitiannya lebih bisa dipercaya, seorang peneliti harus melakukan sensus.
Namun karena sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti keseluruhan elemen tadi,
maka yang bisa dilakukannya adalah meneliti sebagian dari keseluruhan elemen
atau unsur tadi.
Berbagai alasan yang masuk akal mengapa
peneliti tidak melakukan sensus antara lain adalah,(a) populasi demikian
banyaknya sehingga dalam prakteknya tidak mungkin seluruh elemen diteliti; (b)
keterbatasan waktu penelitian, biaya, dan sumber daya manusia, membuat peneliti
harus telah puas jika meneliti sebagian dari elemen penelitian; (c) bahkan
kadang, penelitian yang dilakukan terhadap sampel bisa lebih reliabel daripada
terhadap populasi – misalnya, karena elemen sedemikian banyaknya maka akan
memunculkan kelelahan fisik dan mental para pencacahnya sehingga banyak terjadi
kekeliruan. (Uma Sekaran, 1992); (d) demikian pula jika elemen populasi homogen,
penelitian terhadap seluruh elemen dalam populasi menjadi tidak masuk akal,
misalnya untuk meneliti kualitas jeruk dari satu pohon jeruk
Agar hasil penelitian yang dilakukan
terhadap sampel masih tetap bisa dipercaya dalam artian masih bisa mewakili
karakteristik populasi, maka cara
penarikan sampelnya harus dilakukan secara seksama. Cara pemilihan sampel
dikenal dengan nama teknik sampling
atau teknik pengambilan sampel .
Populasi atau universe
adalah sekelompok orang, kejadian, atau benda, yang dijadikan obyek penelitian.
Jika yang ingin diteliti adalah sikap konsumen terhadap satu produk tertentu,
maka populasinya adalah seluruh konsumen produk tersebut. Jika yang diteliti
adalah laporan keuangan perusahaan “X”, maka populasinya adalah keseluruhan
laporan keuangan perusahaan “X” tersebut, Jika yang diteliti adalah motivasi
pegawai di departemen “A” maka populasinya adalah seluruh pegawai di departemen
“A”. Jika yang diteliti adalah efektivitas gugus kendali mutu (GKM) organisasi
“Y”, maka populasinya adalah seluruh GKM organisasi “Y”
Elemen/unsur adalah
setiap satuan populasi. Kalau dalam populasi terdapat 30 laporan keuangan, maka
setiap laporan keuangan tersebut adalah unsur atau elemen penelitian. Artinya
dalam populasi tersebut terdapat 30 elemen penelitian. Jika populasinya adalah
pabrik sepatu, dan jumlah pabrik sepatu 500, maka dalam populasi tersebut
terdapat 500 elemen penelitian.
Syarat Pengambilan Sampel
Secara umum, sampel yang baik adalah
yang dapat mewakili sebanyak mungkin karakteristik populasi. Dalam bahasa
pengukuran, artinya sampel harus valid, yaitu bisa mengukur sesuatu yang
seharusnya diukur. Kalau yang ingin diukur adalah masyarakat Sunda sedangkan
yang dijadikan sampel adalah hanya orang Banten saja, maka sampel tersebut
tidak valid, karena tidak mengukur sesuatu yang seharusnya diukur (orang
Sunda). Sampel yang valid ditentukan oleh dua pertimbangan.
Pertama : Akurasi atau ketepatan , yaitu tingkat ketidakadaan
“bias” (kekeliruan) dalam sample. Dengan kata lain makin sedikit tingkat
kekeliruan yang ada dalam sampel, makin akurat sampel tersebut. Tolok ukur
adanya “bias” atau kekeliruan adalah
populasi.
Cooper dan Emory (1995)
menyebutkan bahwa “there is no systematic variance” yang maksudnya
adalah tidak ada keragaman pengukuran yang disebabkan karena pengaruh yang
diketahui atau tidak diketahui, yang menyebabkan skor cenderung mengarah pada
satu titik tertentu. Sebagai contoh, jika ingin mengetahui rata-rata luas tanah
suatu perumahan, lalu yang dijadikan sampel adalah rumah yang terletak di
setiap sudut jalan, maka hasil atau skor yang diperoleh akan bias. Kekeliruan
semacam ini bisa terjadi pada sampel yang diambil secara sistematis
Contoh systematic variance yang banyak ditulis dalam buku-buku metode
penelitian adalah jajak-pendapat (polling) yang dilakukan oleh Literary Digest (sebuah majalah yang
terbit di Amerika tahun 1920-an) pada tahun 1936. (Copper & Emory, 1995,
Nan lin, 1976). Mulai tahun 1920, 1924, 1928, dan tahun 1932 majalah ini
berhasil memprediksi siapa yang akan jadi presiden dari calon-calon presiden
yang ada. Sampel diambil berdasarkan petunjuk dalam buku telepon dan dari
daftar pemilik mobil. Namun pada tahun 1936 prediksinya salah. Berdasarkan
jajak pendapat, di antara dua calon presiden (Alfred M. Landon dan Franklin D.
Roosevelt), yang akan menang adalah Landon, namun meleset karena ternyata
Roosevelt yang terpilih menjadi presiden Amerika.
Setelah diperiksa secara seksama,
ternyata Literary Digest membuat kesalahan
dalam menentukan sampel penelitiannya . Karena semua sampel yang diambil adalah
mereka yang memiliki telepon dan mobil, akibatnya pemilih yang sebagian besar
tidak memiliki telepon dan mobil (kelas rendah) tidak terwakili, padahal
Rosevelt lebih banyak dipilih oleh masyarakat kelas rendah tersebut. Dari
kejadian tersebut ada dua pelajaran yang diperoleh : (1), keakuratan
prediktibilitas dari suatu sampel tidak selalu bisa dijamin dengan banyaknya
jumlah sampel; (2) agar sampel dapat memprediksi dengan baik populasi, sampel
harus mempunyai selengkap mungkin karakteristik populasi (Nan Lin, 1976).
Kedua : Presisi. Kriteria kedua sampel yang baik adalah memiliki
tingkat presisi estimasi. Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita
dengan karakteristik populasi. Contoh : Dari 300 pegawai produksi,
diambil sampel 50 orang. Setelah diukur ternyata rata-rata perhari, setiap
orang menghasilkan 50 potong produk “X”. Namun berdasarkan laporan harian,
pegawai bisa menghasilkan produk “X” per harinya rata-rata 58 unit. Artinya di
antara laporan harian yang dihitung berdasarkan populasi dengan hasil
penelitian yang dihasilkan dari sampel, terdapat perbedaan 8 unit. Makin kecil
tingkat perbedaan di antara rata-rata populasi dengan rata-rata sampel, maka
makin tinggi tingkat presisi sampel tersebut.
Belum pernah ada sampel yang bisa
mewakili karakteristik populasi sepenuhnya. Oleh karena itu dalam setiap
penarikan sampel senantiasa melekat keasalahan-kesalahan, yang dikenal dengan
nama “sampling error” Presisi diukur
oleh simpangan baku (standard error).
Makin kecil perbedaan di antara simpangan baku yang diperoleh dari sampel (S)
dengan simpangan baku dari populasi (s),
makin tinggi pula tingkat presisinya. Walau tidak selamanya, tingkat presisi
mungkin bisa meningkat dengan cara
menambahkan jumlah sampel, karena kesalahan mungkin bisa berkurang kalau jumlah
sampelnya ditambah ( Kerlinger, 1973 ). Dengan contoh di atas tadi, mungkin
saja perbedaan rata-rata di antara populasi dengan sampel bisa lebih sedikit,
jika sampel yang ditariknya ditambah. Katakanlah dari 50 menjadi 75.
Ukuran sampel
Ukuran sampel atau
jumlah sampel yang diambil menjadi persoalan yang penting manakala jenis
penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang menggunakan analisis
kuantitatif. Pada penelitian yang menggunakan analisis kualitatif, ukuran
sampel bukan menjadi nomor satu, karena yang dipentingkan alah kekayaan
informasi. Walau jumlahnya sedikit tetapi jika kaya akan informasi, maka
sampelnya lebih bermanfaat.
Dikaitkan dengan besarnya sampel,
selain tingkat kesalahan, ada lagi beberapa faktor lain yang perlu memperoleh
pertimbangan yaitu, (1) derajat keseragaman, (2) rencana analisis, (3) biaya,
waktu, dan tenaga yang tersedia . (Singarimbun dan Effendy, 1989). Makin tidak
seragam sifat atau karakter setiap elemen populasi, makin banyak sampel yang
harus diambil. Jika rencana analisisnya
mendetail atau rinci maka jumlah sampelnya pun harus banyak. Misalnya di
samping ingin mengetahui sikap konsumen terhadap kebijakan perusahaan, peneliti
juga bermaksud mengetahui hubungan antara sikap dengan tingkat pendidikan. Agar
tujuan ini dapat tercapai maka sampelnya harus terdiri atas berbagai jenjang
pendidikan SD, SLTP. SMU, dan seterusnya.. Makin sedikit waktu, biaya , dan
tenaga yang dimiliki peneliti, makin sedikit pula sampel yang bisa diperoleh.
Perlu dipahami bahwa apapun alasannya, penelitian haruslah dapat dikelola
dengan baik (manageable).
Misalnya, jumlah bank yang dijadikan
populasi penelitian ada 400 buah. Pertanyaannya adalah, berapa bank yang harus
diambil menjadi sampel agar hasilnya mewakili populasi?. 30?, 50? 100? 250?.
Jawabnya tidak mudah. Ada yang mengatakan, jika ukuran populasinya di atas
1000, sampel sekitar 10 % sudah cukup, tetapi jika ukuran populasinya sekitar
100, sampelnya paling sedikit 30%, dan kalau ukuran populasinya 30, maka
sampelnya harus 100%.
Ada pula yang menuliskan, untuk
penelitian deskriptif, sampelnya 10% dari populasi, penelitian korelasional,
paling sedikit 30 elemen populasi, penelitian perbandingan kausal, 30 elemen
per kelompok, dan untuk penelitian eksperimen 15 elemen per kelompok (Gay dan
Diehl, 1992).
Roscoe (1975) dalam Uma Sekaran
(1992) memberikan pedoman penentuan
jumlah sampel sebagai berikut :
1.
Sebaiknya ukuran sampel di antara 30 s/d 500 elemen
2.
Jika sampel dipecah lagi ke dalam subsampel
(laki/perempuan, SD?SLTP/SMU, dsb), jumlah minimum subsampel harus 30
3.
Pada penelitian multivariate (termasuk analisis regresi
multivariate) ukuran sampel harus beberapa kali lebih besar (10 kali) dari
jumlah variable yang akan dianalisis.
4.
Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, dengan
pengendalian yang ketat, ukuran sampel bisa antara 10 s/d 20 elemen.
Krejcie dan
Morgan (1970) dalam Uma Sekaran (1992) membuat daftar yang bisa dipakai untuk
menentukan jumlah sampel sebagai berikut (Lihat Tabel)
Populasi
(N)
|
Sampel
(n)
|
Populasi
(N)
|
Sampel
(n)
|
Populasi
(N)
|
Sampel
(n)
|
10
|
10
|
220
|
140
|
1200
|
291
|
15
|
14
|
230
|
144
|
1300
|
297
|
20
|
19
|
240
|
148
|
1400
|
302
|
25
|
24
|
250
|
152
|
1500
|
306
|
30
|
28
|
260
|
155
|
1600
|
310
|
35
|
32
|
270
|
159
|
1700
|
313
|
40
|
36
|
280
|
162
|
1800
|
317
|
45
|
40
|
290
|
165
|
1900
|
320
|
50
|
44
|
300
|
169
|
2000
|
322
|
55
|
48
|
320
|
175
|
2200
|
327
|
60
|
52
|
340
|
181
|
2400
|
331
|
65
|
56
|
360
|
186
|
2600
|
335
|
70
|
59
|
380
|
191
|
2800
|
338
|
75
|
63
|
400
|
196
|
3000
|
341
|
80
|
66
|
420
|
201
|
3500
|
346
|
85
|
70
|
440
|
205
|
4000
|
351
|
90
|
73
|
460
|
210
|
4500
|
354
|
95
|
76
|
480
|
214
|
5000
|
357
|
100
|
80
|
500
|
217
|
6000
|
361
|
110
|
86
|
550
|
226
|
7000
|
364
|
120
|
92
|
600
|
234
|
8000
|
367
|
130
|
97
|
650
|
242
|
9000
|
368
|
140
|
103
|
700
|
248
|
10000
|
370
|
150
|
108
|
750
|
254
|
15000
|
375
|
160
|
113
|
800
|
260
|
20000
|
377
|
170
|
118
|
850
|
265
|
30000
|
379
|
180
|
123
|
900
|
269
|
40000
|
380
|
190
|
127
|
950
|
274
|
50000
|
381
|
200
|
132
|
1000
|
278
|
75000
|
382
|
210
|
136
|
1100
|
285
|
1000000
|
384
|
Sebagai informasi lainnya, Champion (1981)
mengatakan bahwa sebagian besar uji statistik selalu menyertakan rekomendasi
ukuran sampel. Dengan kata lain, uji-uji statistik yang ada akan sangat efektif
jika diterapkan pada sampel yang jumlahnya 30 s/d 60 atau dari 120 s/d 250.
Bahkan jika sampelnya di atas 500, tidak direkomendasikan untuk menerapkan uji
statistik. (Penjelasan tentang ini dapat dibaca di Bab 7 dan 8 buku Basic
Statistics for Social Research, Second Edition)
Teknik Pengambilan Sampel
Secara umum, ada dua
jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel acak atau random sampling / probability sampling, dan sampel tidak acak atau nonrandom samping/nonprobability sampling.
Yang dimaksud dengan random sampling
adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk
diambil kepada setiap elemen populasi. Artinya jika elemen populasinya ada 100
dan yang akan dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai
kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih menjadi sampel. Sedangkan yang dimaksud
dengan nonrandom sampling atau nonprobability sampling, setiap elemen
populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Lima
elemen populasi dipilih sebagai sampel karena letaknya dekat dengan rumah peneliti,
sedangkan yang lainnya, karena jauh, tidak dipilih; artinya kemungkinannya 0
(nol).
Dua jenis teknik pengambilan sampel di
atas mempunyai tujuan yang berbeda. Jika peneliti ingin hasil penelitiannya
bisa dijadikan ukuran untuk mengestimasikan populasi, atau istilahnya adalah
melakukan generalisasi maka seharusnya sampel representatif dan diambil secara
acak. Namun jika peneliti tidak mempunyai kemauan melakukan generalisasi hasil
penelitian maka sampel bisa diambil secara tidak acak. Sampel tidak acak
biasanya juga diambil jika peneliti tidak mempunyai data pasti tentang ukuran
populasi dan informasi lengkap tentang setiap elemen populasi. Contohnya, jika
yang diteliti populasinya adalah konsumen teh botol, kemungkinan besar peneliti
tidak mengetahui dengan pasti berapa jumlah konsumennya, dan juga karakteristik
konsumen. Karena dia tidak mengetahui ukuran pupulasi yang tepat, bisakah dia
mengatakan bahwa 200 konsumen sebagai sampel dikatakan “representatif”?.
Kemudian, bisakah peneliti memilih
sampel secara acak, jika tidak ada informasi yang cukup lengkap tentang diri
konsumen?. Dalam situasi yang demikian, pengambilan sampel dengan cara acak
tidak dimungkinkan, maka tidak ada pilihan lain kecuali sampel diambil dengan
cara tidak acak atau nonprobability
sampling, namun dengan konsekuensi hasil penelitiannya tersebut tidak bisa
digeneralisasikan. Jika ternyata dari 200 konsumen teh botol tadi merasa kurang
puas, maka peneliti tidak bisa mengatakan bahwa sebagian besar konsumen teh
botol merasa kurang puas terhadap the botol.
Di setiap jenis teknik pemilihan
tersebut, terdapat beberapa teknik yang lebih spesifik lagi. Pada sampel acak
(random sampling) dikenal dengan istilah simple random sampling, stratified random
sampling, cluster sampling, systematic sampling, dan area
sampling. Pada nonprobability sampling dikenal beberapa teknik, antara
lain adalah convenience sampling, purposive sampling, quota sampling, snowball
sampling
Probability/ Random Sampling
Syarat pertama yang harus dilakukan
untuk mengambil sampel secara acak adalah memperoleh atau membuat kerangka
sampel atau dikenal dengan nama “sampling frame”. Yang dimaksud
dengan kerangka sampling adalah daftar
yang berisikan setiap elemen populasi yang bisa diambil sebagai sampel. Elemen
populasi bisa berupa data tentang orang/binatang, tentang kejadian, tentang
tempat, atau juga tentang benda. Jika populasi penelitian adalah mahasiswa
perguruan tinggi “A”, maka peneliti harus bisa memiliki daftar semua mahasiswa
yang terdaftar di perguruan tinggi “A “ tersebut selengkap mungkin. Nama, NRP,
jenis kelamin, alamat, usia, dan informasi lain yang berguna bagi
penelitiannya.. Dari daftar ini, peneliti akan bisa secara pasti mengetahui
jumlah populasinya (N). Jika populasinya adalah rumah tangga dalam sebuah kota,
maka peneliti harus mempunyai daftar seluruh rumah tangga kota tersebut. Jika populasinya adalah wilayah Jawa Barat,
maka penelti harus mepunyai peta wilayah Jawa Barat secara lengkap. Kabupaten,
Kecamatan, Desa, Kampung. Lalu setiap tempat tersebut diberi kode (angka atau
simbol) yang berbeda satu sama lainnya.
Di samping sampling frame, peneliti juga harus mempunyai alat yang bisa
dijadikan penentu sampel. Dari sekian elemen populasi, elemen mana saja yang
bisa dipilih menjadi sampel?. Alat yang umumnya digunakan adalah Tabel Angka
Random, kalkulator, atau undian.
Pemilihan sampel secara acak bisa dilakukan melalui sistem undian jika elemen
populasinya tidak begitu banyak. Tetapi jika sudah ratusan, cara undian bisa
mengganggu konsep “acak” atau “random” itu sendiri.
- Simple Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana
Cara atau
teknik ini dapat dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung deskriptif dan
bersifat umum. Perbedaan karakter yang mungkin ada pada setiap unsur atau
elemen populasi tidak merupakan hal yang
penting bagi rencana analisisnya. Misalnya, dalam populasi ada wanita dan pria,
atau ada yang kaya dan yang miskin, ada manajer dan bukan manajer, dan perbedaan-perbedaan
lainnya. Selama perbedaan gender, status
kemakmuran, dan kedudukan dalam organisasi, serta perbedaan-perbedaan lain
tersebut bukan merupakan sesuatu hal yang penting dan mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap hasil penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel
secara acak sederhana. Dengan demikian setiap unsur populasi harus mempunyai
kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Prosedurnya :
- Susun “sampling frame”
- Tetapkan jumlah sampel yang akan diambil
- Tentukan alat pemilihan sampel
- Pilih sampel sampai dengan jumlah terpenuhi
- Stratified Random Sampling atau Sampel Acak Distratifikasikan
Karena unsur populasi
berkarakteristik heterogen, dan heterogenitas tersebut mempunyai arti yang
signifikan pada pencapaian tujuan penelitian, maka peneliti dapat mengambil
sampel dengan cara ini. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui sikap
manajer terhadap satu kebijakan perusahaan. Dia menduga bahwa manajer tingkat
atas cenderung positif sikapnya terhadap kebijakan perusahaan tadi. Agar dapat
menguji dugaannya tersebut maka sampelnya harus terdiri atas paling tidak para
manajer tingkat atas, menengah, dan bawah. Dengan teknik pemilihan sampel
secara random distratifikasikan, maka dia akan memperoleh manajer di ketiga
tingkatan tersebut, yaitu stratum manajer atas, manajer menengah dan manajer
bawah. Dari setiap stratum tersebut dipilih sampel secara acak. Prosedurnya :
- Siapkan “sampling frame”
- Bagi sampling frame tersebut berdasarkan strata yang dikehendaki
- Tentukan jumlah sampel dalam setiap stratum
- Pilih sampel dari setiap stratum secara acak.
Pada saat
menentukan jumlah sampel dalam setiap stratum, peneliti dapat menentukan secara
(a) proposional, (b) tidak proposional. Yang dimaksud dengan proposional adalah
jumlah sampel dalam setiap stratum sebanding dengan jumlah unsur populasi dalam
stratum tersebut. Misalnya, untuk stratum manajer tingkat atas (I) terdapat 15
manajer, tingkat menengah ada 45 manajer (II), dan manajer tingkat bawah (III)
ada 100 manajer. Artinya jumlah seluruh manajer adalah 160. Kalau jumlah sampel
yang akan diambil seluruhnya 100 manajer, maka
untuk stratum I diambil (15:160)x100 = 9 manajer, stratum II = 28
manajer, dan stratum 3 = 63 manajer.
Jumlah dalam
setiap stratum tidak proposional. Hal ini terjadi jika jumlah unsur atau elemen
di salah satu atau beberapa stratum sangat sedikit. Misalnya saja, kalau dalam
stratum manajer kelas atas (I) hanya ada 4 manajer, maka peneliti bisa
mengambil semua manajer dalam stratum tersebut , dan untuk manajer tingkat
menengah (II) ditambah 5, sedangkan manajer tingat bawah (III), tetap 63 orang.
- Cluster Sampling atau Sampel Gugus
Teknik ini biasa juga
diterjemahkan dengan cara pengambilan sampel berdasarkan gugus. Berbeda dengan
teknik pengambilan sampel acak yang distratifikasikan, di mana setiap unsur dalam
satu stratum memiliki karakteristik yang homogen (stratum A : laki-laki semua,
stratum B : perempuan semua), maka dalam sampel gugus, setiap gugus boleh
mengandung unsur yang karakteristiknya berbeda-beda atau heterogen. Misalnya,
dalam satu organisasi terdapat 100 departemen. Dalam setiap departemen terdapat
banyak pegawai dengan karakteristik berbeda pula. Beda jenis kelaminnya, beda
tingkat pendidikannya, beda tingkat pendapatnya, beda tingat manajerialnnya,
dan perbedaan-perbedaan lainnya. Jika peneliti bermaksud mengetahui tingkat
penerimaan para pegawai terhadap suatu strategi yang segera diterapkan
perusahaan, maka peneliti dapat menggunakan cluster sampling untuk mencegah
terpilihnya sampel hanya dari satu atau dua departemen saja. Prosedur :
1.
Susun sampling frame berdasarkan gugus – Dalam kasus di
atas, elemennya ada 100 departemen.
2.
Tentukan berapa gugus yang akan diambil sebagai sampel
3.
Pilih gugus sebagai sampel dengan cara acak
4.
Teliti setiap pegawai yang ada dalam gugus sample
4.
Systematic Sampling atau Sampel
Sistematis
Jika peneliti dihadapkan
pada ukuran populasi yang banyak dan tidak memiliki alat pengambil data secara
random, cara pengambilan sampel sistematis dapat digunakan. Cara ini menuntut
kepada peneliti untuk memilih unsur populasi secara sistematis, yaitu unsur
populasi yang bisa dijadikan sampel adalah yang “keberapa”. Misalnya, setiap unsur populasi yang keenam,
yang bisa dijadikan sampel. Soal “keberapa”-nya satu unsur populasi bisa
dijadikan sampel tergantung pada ukuran
populasi dan ukuran sampel. Misalnya, dalam satu populasi terdapat 5000 rumah.
Sampel yang akan diambil adalah 250 rumah dengan demikian interval di antara
sampel kesatu, kedua, dan seterusnya adalah 25. Prosedurnya :
5.
Susun sampling frame
6.
Tetapkan jumlah sampel yang ingin diambil
7.
Tentukan K (kelas interval)
8.
Tentukan angka atau nomor awal di antara kelas interval
tersebut secara acak atau random – biasanya melalui cara undian saja.
9.
Mulailah mengambil sampel dimulai dari angka atau nomor
awal yang terpilih.
10. Pilihlah
sebagai sampel angka atau nomor interval berikutnya
4. Area Sampling atau Sampel Wilayah
Teknik ini dipakai ketika
peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi penelitiannya tersebar di
berbagai wilayah. Misalnya, seorang marketing manajer sebuah stasiun TV ingin
mengetahui tingkat penerimaan masyarakat Jawa Barat atas sebuah mata tayangan,
teknik pengambilan sampel dengan area sampling sangat tepat. Prosedurnya :
1.
Susun sampling
frame yang menggambarkan peta wilayah (Jawa Barat) – Kabupaten, Kotamadya,
Kecamatan, Desa.
2.
Tentukan wilayah yang akan dijadikan sampel (Kabupaten
?, Kotamadya?, Kecamatan?, Desa?)
3.
Tentukan berapa wilayah yang akan dijadikan sampel
penelitiannya.
4.
Pilih beberapa wilayah untuk dijadikan sampel dengan
cara acak atau random.
5.
Kalau ternyata masih terlampau banyak responden yang
harus diambil datanya, bagi lagi wilayah yang terpilih ke dalam sub wilayah.
Nonprobability/Nonrandom Sampling atau Sampel Tidak Acak
Seperti telah diuraikan sebelumnya,
jenis sampel ini tidak dipilih secara acak. Tidak semua unsur atau elemen
populasi mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Unsur
populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena kebetulan atau
karena faktor lain yang sebelumnya sudah direncanakan oleh peneliti.
1.
Convenience
Sampling atau sampel yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan.
Dalam
memilih sampel, peneliti tidak mempunyai pertimbangan lain kecuali berdasarkan
kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tadi ada
di situ atau kebetulan dia mengenal orang tersebut. Oleh karena itu ada
beberapa penulis menggunakan istilah accidental sampling – tidak
disengaja – atau juga captive sample (man-on-the-street) Jenis sampel ini sangat
baik jika dimanfaatkan untuk penelitian penjajagan, yang kemudian diikuti oleh
penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara acak (random). Beberapa kasus penelitian yang menggunakan jenis sampel
ini, hasilnya ternyata kurang obyektif.
2.
Purposive
Sampling
Sesuai
dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang
atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang
atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya.
Dua jenis sampel ini dikenal dengan nama judgement dan quota sampling.
Judgment Sampling
Sampel
dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik
untuk dijadikan sampel penelitiannya.. Misalnya untuk memperoleh data tentang
bagaimana satu proses produksi direncanakan oleh suatu perusahaan, maka manajer
produksi merupakan orang yang terbaik untuk bisa memberikan informasi. Jadi, judment sampling umumnya memilih sesuatu
atau seseorang menjadi sampel karena mereka mempunyai “information rich”.
Dalam
program pengembangan produk (product
development), biasanya yang dijadikan sampel adalah karyawannya sendiri,
dengan pertimbangan bahwa kalau karyawan sendiri tidak puas terhadap produk
baru yang akan dipasarkan, maka jangan terlalu berharap pasar akan menerima
produk itu dengan baik. (Cooper dan Emory, 1992).
Quota Sampling
Teknik
sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara proposional,
namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja.
Misalnya,
di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60%
dan perempuan 40% . Jika seorang peneliti ingin mewawancari 30 orang
pegawai dari kedua jenis kelamin tadi maka dia harus mengambil sampel pegawai
laki-laki sebanyak 18 orang sedangkan pegawai perempuan 12 orang. Sekali lagi,
teknik pengambilan ketiga puluh sampel tadi tidak dilakukan secara acak,
melainkan secara kebetulan saja.
3. Snowball Sampling – Sampel Bola Salju
Cara
ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi
penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya
bisa dijadikan sampel. Karena peneliti menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia
minta kepada sampel pertama untuk menunjukan orang lain yang kira-kira bisa
dijadikan sampel. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui pandangan kaum
lesbian terhadap lembaga perkawinan. Peneliti cukup mencari satu orang wanita
lesbian dan kemudian melakukan wawancara. Setelah selesai, peneliti tadi minta
kepada wanita lesbian tersebut untuk bisa mewawancarai teman lesbian lainnya.
Setelah jumlah wanita lesbian yang berhasil diwawancarainya dirasa cukup,
peneliti bisa mengentikan pencarian wanita lesbian lainnya. . Hal ini bisa juga
dilakukan pada pencandu narkotik, para gay, atau kelompok-kelompok sosial lain
yang eksklusif (tertutup)
Subscribe to:
Posts (Atom)