Wednesday, April 24, 2013

Ordo Serangga

•) Ordo Isoptera.
Isoptera berasal dari bahasa Latin (is = sama, pteron = sayap) yang berarti Insekta bersayap sama.
Ciri-ciri lain yang dimiliki oleh ordo Isoptera adalah :
- Memiliki dua pasang sayap tipis yang tipe dan ukurannya sama.
- Mengalami metamorfosis tidak sempurna.
- Tipe mulut menggigit.
- Cara hidupnya membentuk koloni dengan sistem pembagian tugas tertentu yang disebut polimorfisme.
- Pembagian tugas itu adalah raja, ratu dan prajurit atau tentara.
Contoh : Helanithermis sp. (rayap).
•) Ordo Orthoptera
Orthoptera berasal dari bahasa Latin (orthop = lurus, pteron = sayap) yang berarti Insekta bersayap lurus.
Ciri-ciri lain yang dimiliki oleh ordo orthoptera adalah :
- Memiliki dua pasang sayap, yaitu sayap depan dan sayap belakang. Sayap bagian depan lurus, lebih tebal, dan kaku (perkamen), sedangkan sayap belakang tipis seperti selaput.
- Mengalami metamorfosis tidak sempurna.
- Tipe mulut menggigit.
- Kaki paling belakang (kaki ketiga membesar).
Contoh : Kecoa (Periplaneta americana), Jangkrik (Grillus sp.)., Belalang sembah (Tenodora sp.).
•) Ordo Hemiptera
Ciri-ciri lain yang dimiliki oleh ordo hemiptera adalah :
- Memiliki dua pasang sayap, yaitu sayap depan satu pasang seperti berkulit dan sayap belakang transparan.
- Mengalami metamorfosis tidak sempurna.
- Tipe mulut menusuk dan menghisap.
Contoh : Kutu busuk (Cymex rotundus)., Walang sangit (Leptocorisa acuta).
•) Ordo Odonata.
Ciri-ciri yang dimiliki oleh ordo homoptera adalah :
- Memiliki dua pasang sayap tipis seperti selaput.
- Mengalami metamorfosis tidak sempurna.
- Tipe mulut menggigit.
Contoh : Capung (Aesha sp.)

b) Endopterygota, adalah kelompok Insekta yang sayapnya berasal dari tonjolan kearah dalam dinding tubuh. Berdasarkan tipe sayap, tipe mulut, dan metamorfosisnya, endoptrygota dibedakan menjadi beberapa ordo yaitu ordo Coleoptera, ordo Hymenoptera, ordo Diftera, ordo Lepidoptera, ordo Shiponaptera.

•) Ordo Coleoptera
Coleoptera berasala dari bahasa Latin (coleos = perisai, pteron = sayap), berarti insekta bersayap perisai.
Ciri-ciri ordo Coleoptera adalah :
- Memiliki dua pasang sayap, yaitu sayap depan dan sayap belakang. Sayap depan tebal dan permukaan luarnya halus yang mengandung zat tanduk sehingga disebut elytra, sedangkan sayap belakang tipis seperti selaput.
- Mengalami metamorfosis sempurna.
- Tipe mulut menggigit.
Contoh : Kumbang kelapa (Oycies rhinoceros), Kutu gabah (Rhyzoperta dominica)
•) Ordo Hymenoptera
Ciri-ciri ordo hymenoptera adalah :
- Mengalami metamorfosis sempurna.
- Tipe mulut menggigit dan ada yang kombinasi untuk menggigit dan menjilat.
Contoh : Lebah madu (Apis), tawon (Xylocopa latipes), semut hitam (Monomorium sp.).
•) Ordo Diptera
Ciri-ciri ordo diptera adalah :
- Memiliki satu pasang sayap depan dan sayap belakang mengalami redukasi membentuk halter (alat keseimbangan).
- Mengalami metamorfosis sempurna.
- Tipe mulut menusuk dan menghisap serta menjilat.
- Dan memiliki tubuh ramping.
Contoh : Nyamuk rumah (Culex pipiens), nyamuk malaria (Anopheles sp.), nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti), lalat buah (Drosophila melanogaster), lalat tsetse (Glossina palpalis).
•) Ordo Lepidoptera
Ciri-ciri ordo Lepidoptera adalah :
- Memiliki dua pasang sayap yang bersisik halus.
- Mengalami metamorfosis sempurna.
- Tipe mulut pada tahap larva menggigit, sedangkan pada tahap dewasa menghisap.
- Mata fasetnya besar.
Contoh : Kupu-kupu Swallowtail, kupu-kupu sutera (Bombyx mori), kupu-kupu elang (Acherontia atropos).
•) Ordo Shiponaptera
Ciri-ciri ordo shiponaptera adalah :
- Tidak memiliki sayap.
- Mengalami metamorfosis sempurna.
- Tipe mulut menusuk dan menghisap.
- Kakinya pipih panjang dan digunakan untuk meloncat.
Contaoh : Kutu manusia (Pulex irritans), kutu kucing (Stenossphalus felic).
•) Ordo Dermaptera
Ciri-ciri ordo dermaptera adalah :
- Memiliki dua pasang sayap (satu pasang seperti berkulit, dan satu pasang bermembran), atau tidak bersayap.
- Mengalami metamorfosis sempurna.
- Tipe mulut menggigit.
Contoh : Earwig

Saturday, April 20, 2013



Khasiat dan Manfaat Daun Sirih 

Manfaat sirih untuk kesehatan sangat besar, daun tersebut mengandung zat antiseptik pada seluruh bagiannya. Daun-nya bisa mengobati mimisan, mata merah, keputihan, disfungsi ereksi, membuat suara nyaring, dan banyak lagi.

Khasiat daun sirih telah teruji secara klinis. Hingga saat ini kini, penelitian daun sirih masih terus dikembangkan.
1. Obat Batuk
a) Siapkan 15 lembar daun sirih
b) tiga gelas air
c) Cuci bersih daun sirih tersebut dan rebus sampai tersisa menjadi tiga perempat bagian.
d) Minum bersamaan dengan madu

2. Obat Bronkitis
a) Rebus 7 lembar daun sirih yang telah dicuci bersih bersama sepotong gula batu dalam 2 gelas air bersih.
b) Tunggu sampai tersisa menjadi 1 gelas. Minum 3 x sehari masing-masing sepertiga gelas.

3. Menghilangkan bau badan
a) Ambil 5 lembar daun sirih dan rebus dengan 2 gelas air.
b) Tunggu sampai tersisa menjadi satu gelas.
c) Minum pada siang hari.

4. Obat Luka Bakar
a) Ambil daun sirih secukupnya dan cuci bersih.
b) Peras airnya dan tambahkan sedikit madu.
c) Bubuh-kan ke tempat luka bakar.

5. Obat Mimisan

a) Siapkan 1 lembar daun sirih yang agak muda,
b) kemudian memarkan dan gulung.
c) Sumbatkan hidung yang berdarah.

6. Obat Bisul
a) Ambil daun sirih secukupnya dan cuci bersih.
b) Setelah itu giling sampai halus dan dioleskan pada bisul.
c) Balut dan ganti 2 x sehari.

7. Obat Mata Gatal dan Mata Merah
a) Sediakan 5-6 daun sirih muda dan segar rebus dengan 1 gelas air sampai mendidih.
b) Jika sudah, tunggu sampai dingin.
c) Gunakan untuk mencuci mata dengan gelas cuci mata 3 x sehari sampai sembuh.

8. Obat Koreng dan Obat Gatal
a) Rebus 20 lembar daun sirih sampai mendidih.
b) Gunakan air rebusan yang masih hangat untuk membasuh koreng dan gatal.

9. Obat Gusi Berdarah
a) Rebus 4 lembar daun sirih dalam 2 gelas air.
b) Berkumur-lah secukup-nya.

10. Obat Sariawan
a) Ambil 1-2 lembar daun sirih kemudian cuci bersih.
b) Kunyah sampai lumat dan buang ampasnya setelah selesai.

11. Menghilangkan Bau Mulut
a) Siapkan 2-4 lembar daun sirih, Cuci bersih dan remas.
b) Seduh dengan air panas lalu gunakan untuk berkumur.

12. Obat Jerawat
a) Ambil 7-10 lembar daun sirih , cuci bersih dan tumbuk halus.
b) Seduh dengan dua gelas air panas.
c) Gunakan air tersebut untuk mencuci muka.
d) Lakukan 2-3 x sehari.

13. Obat Keputihan
a) Rebus 10 daun sirih yang telah dicuci bersih dalam 2,5 liter air.
b. Gunakan air rebusan yang masih hangat tersebut untuk Miss V -nya.

14. Mengobati ASI Berlebih
a) Ambil beberapa daun sirih, cuci bersih dan olesi dengan minyak kelapa.
b) Kemudian hangatkan di atas api sampai layu.
c) Tempelkan di seputar payudara yang bengkak selagi masih hangat.

Thursday, April 11, 2013

Tugas Ilmu Hama Terapan


Hama Penting Pada Tanaman Jagung
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang
Di Indonesia, jagung merupakan bahan pangan penting sumber karbohidrat kedua setelah beras. Disamping itu, jagung pun digunakan untuk bahan makanan ternak (pakan) dan bahan baku industri.  Penggunaan sebagai bahan pakan yang sebgian besar untuk pakan ternak ayam buras menunjukan tendensi makin meninggkat setiap tahun dengan laju kenaikan lebih dari 20%. Sebaliknya pangguanaan sebagai bahan pangan menurun.
Disentralisasi Hama penyakit pada tanaman jagung tersendiri menjadi tantangan dalam peningkatan produksi, tingkat persentase serangan hama dapat mencapai 60 % yang dapat menyebabkan menurunnya hasil produksi pertanian. Seperti Ulat penggerek daun atau batan maupun yang lainnya. Hama ini dapat merusak tanaman jagung baik pada fase vegetatif maupun pada fase generatif.
Berbagai cara pengendalian telah dilakukan antara lain penggunaan insektisida dan varietas tahan. Penggunaan insektisida dalam pengendalian hama sangat populer dikalangan petani, namun banyak fakta yang menunjukkan bahwa penggunaan insektisida yang sangat intensif justru memacu perkembangan populasi hama, sehingga intensitas serangan hama makin meningkat serta berdampak buruk bagi lingkungan, misalnya terjadi resistensi serangga terhadap insektisida, resurgensi, keracunan/matinya musuh alami dan serangga bukan hama, serta mening-katnya biaya produksi. Sedangkan peng-gunaan varietas tahan masih sangat terbatas pada uji preferensi pada ekosistem yang terbatas.
1.2. Tujuan dan Kegunaan
Adapun tujuan penting dalam mempelajari hama penting yang menyerang tanaman jagung (Zea mayz L) yaitu mengetahui jenis-jenis hama yang menyerang tanaman jagung, gejala serangannya, dan pengendaliannya. Sedangkan kegunaannya adalah sebagai bahan informasi dalam pengelompokan tingkat serangan hama pada tanaman jagung

O. furnacalis termasuk ke dalam ordo Lepodoptera dan famili Pyralidae. Hama ini tersebar luas di dan Australia dan dapat menyerang tanaman jagung baik pada fase vegetatif maupun fase generatif. Kerusakan tanaman terjadi karena larva menggerek bagian batang tanaman untuk mendapatkan makanan. Beberapa peneliti mengemukakaan bahwa gerekan O. furnacalis pada batang tidak berpengaruh nyata terhadap penurunan hasil tanaman jagung (Nafus dan Schreiner 1991).
Imago O. furnacalis dapat meletakkan telur 300-500 butir dan umumnya meletakkan telur secara berkelompok di permukaan bawah daun pada tanaman yang berumur 2 minggu terutama pada daun muda yaitu tiga daun teratas (Kalshoven 1981). Jumlah telur tiap kelompok sangat beragam antara 30-50 butir atau bahkan dapat lebih dari 90 butir. Puncak peletakan telur terjadi pada stadia pembentukan malai sampai keluarnya bunga jantan. Kelompok telur yang diletakkan selama fase pembentukan bunga jantan sampai rambut tongkol berwarna coklat, larvanya memberi kontribusi terbesar terhadap kerusakan tanaman (Subandi et al. 1988). BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Hama Utama Tanaman Jagung
2.1.1. Penggerek Batang Jagung, O. furnacalis (Lepidoptera:Pyralidae)
O. furnacalis termasuk ke dalam ordo Lepodoptera dan famili Pyralidae. Hama ini tersebar luas di dan Australia dan dapat menyerang tanaman jagung baik pada fase vegetatif maupun fase generatif. Kerusakan tanaman terjadi karena larva menggerek bagian batang tanaman untuk mendapatkan makanan. Beberapa peneliti mengemukakaan bahwa gerekan O. furnacalis pada batang tidak berpengaruh nyata terhadap penurunan hasil tanaman jagung (Nafus dan Schreiner 1991).
Imago O. furnacalis dapat meletakkan telur 300-500 butir dan umumnya meletakkan telur secara berkelompok di permukaan bawah daun pada tanaman yang berumur 2 minggu terutama pada daun muda yaitu tiga daun teratas (Kalshoven 1981). Jumlah telur tiap kelompok sangat beragam antara 30-50 butir atau bahkan dapat lebih dari 90 butir. Puncak peletakan telur terjadi pada stadia pembentukan malai sampai keluarnya bunga jantan. Kelompok telur yang diletakkan selama fase pembentukan bunga jantan sampai rambut tongkol berwarna coklat, larvanya memberi kontribusi terbesar terhadap kerusakan tanaman (Subandi et al. 1988).
Larva instar pertama langsung berpencar segera sesudah menetas ke bagian tanaman yang lain. Pada stadia pembentukan malai larva instar I hingga instar III akan makan daun muda yang masih menggulung dan pada permukaan daun yang terlindung dari daun yang telah membuka. Sekitar 67-100% dari larva instar I dan II berada pada bunga jantan. Larva instar III masih sebagian besar berada pada bunga jantan meskipun sudah ada pada bagian tanaman yang lain. Instar IV hingga VI mulai menggerek pada bagian buku dan masuk ke dalam batang. Larva masuk ke dalam batang dan menggerek ke bagian atas.
Gejala visual serangan O. furnacalis pada batang adalah adanya lubang gerek pada batang serta terdapatnya kotoran larva di dekat lubang tersebut. Apabila batang dibelah akan tampak liang gerek larva di dalam batang (Malijan dan Sanchez, 1986 dalam Subandi et al. 1988). Menurut Culy (2001), gerekan larva pada batang menyebabkan kerusakan jaringan pembuluh sehingga menggangu proses transportasi air dan unsur hara dan mengakibatkan pertumbuhan terhambat yang pada akhirnya dapat mempengaruhi hasil tanaman. Selain itu, sering ditemukan juga larva instar I-III makan pada pucuk tongkol dan rambut tongkol. Instar berikutnya makan pada tongkol dan biji.
Larva yang akan membentuk pupa membuat lubang keluar yang ditutup dengan lapisan epidermis. Sebagian stadia larva ditemukan makan pada sorgum, Panicum viride, Amaranthus dan berbagai jenis tumbuhan lain apabila tanaman jagung sudah dipanen.
Imago meletakkan telur pada malam hari dan sering dijumpai pada rambut tongkol jagung. Telur diletakkan satu per satu di atas rambut jagung. Setelah menetas larva berpindah ke bagian tongkol jagung yang masih muda dan memakan langsung biji-biji jagung. Seekor betina dapat meletakkan telur hingga 1000 butir. Stadium telur 2-5 hari. Larva yang baru menetas akan makan pada rambut tongkol dan kemudian membuat lubang masuk ke tongkol. Ketika larva makan akan meninggalkan kotoran dan tercipta iklim mikro yang cocok untuk pertumbuhan cendawan yang menghasilkan mikotoksin sehingga tongkol rusak.
Larva H. armigera memiliki kebiasaan makan secara berpindah dari satu buah ke buah lainnya, sehingga jumlah buah yang dirusak selalu lebih banyak daripada jumlah larva yang ada pada tanaman (Daha et al. 1998). Penggerek ini juga dapat menyerang tanaman muda terutama pada pucuk atau malai yang dapat mengakibatkan tidak terbentuknya bunga jantan, berkurangnya hasil dan bahkan tanaman dapat mati (Subandi et al. 1988).
Larva muda berwarna putih kekuning-kuningan dengan toraks berwarna hitam. Stadium larva terdiri dari 6 instar dan berjumlah antara 17-24 dalam satu tongkol. Larva instar terakhir akan meninggalkan tongkol dan membentuk pupa dalam tanah. Stadium pupa berkisar antara 12-14 hari. Dari telur hingga stadia dewasa berupa kupu-kupu kecil berkisar 35 hari dan terbang mengisap madu dari bunga (Kalshoven 1981).
Gejala serangan ulat penggerek tongkol dimulai pada saat pembentukan kuncup bunga dan buah muda. Menurut Daha et al. (1998), tanaman tomat atraktif terhadap peneluran H. armigera selama berlangsung fase pembungaan. Larva H. armigera masuk ke dalam buah muda, memakan biji-biji jagung karena larva hidup di dalam buah, biasanya serangan serangga ini sulit diketahui dan sulit dikendalikan dengan insektisida (Sarwono 2003).
2.1.3. Ulat Grayak (Spodoptera litura, Mythimna sp. Noctuidae: Lepidotera) 
Spodoptera litura meletakkan telur secara berkelompok di permukaan daun dan ditutupi oleh bulu-bulu yang berwarna coklat muda dan setiap kelompok telur terdiri atas 50-400 butir. Larva terdiri atas enam instar dan instar terakhir mempunyai bobot mencapai 800 mg dan menghabiskan 80% dari total konsumsi makanannya Larva bersembunyi dalam tanah pada siang hari dan baru aktif pada malam hari, kecuali S. exempta yang juga aktif pada siang hari. Spesies ini adalah serangga polipagous. Tanaman inangnya selain jagung adalah tomat, kapas, tembakau, padi, kakao, jeruk, ubi jalar, kacang tanah, jarak, kedelai, kentang, kubis, dan bunga matahari.
Mythimna sp. merupakan hama polipagous dan menyerang banyak tanaman, antara lain jagung, padi, sorgum, dan kacang-kacangan. Ada beberapa spesies dari genus ini yang dapat merusak tanaman jagung antara lain M. separata dan M. loreyi.
Serangga meletakkan telur secara berkelompok pada daun dan ditutupi dengan bulu-bulu yang berwarna coklat. Seekor M. separata betina mampu meletakkan telur 500-900 butir. Masa inkubasi telur berkisar antara 2-13 hari, bergantung suhu, tetapi normalnya 3-4 hari pada suhu 25OC. Telur yang baru diletakkan berwarna hijau keputih-putihan, kemudian berubah menjadi kuning dan berwarna hitam sebelum menetas.
Larva instar I memakan cangkang telur. Stadia larva terdiri atas enam instar dengan stadium 13-18 hari. Pada siang hari larva bersembunyi dalam tanah dan aktif menyerang pada malam hari. Pola warna larva berbeda, bergantung pada perilakunya.
Pada kondisi gregarious larva berwarna gelap dan aktif, sementara pada kondisi solitary berwarna lebih terang dan pasif. Pupa terbentuk dalam tanah dengan lama pupasi sekitar sembilan hari. Serangga dewasa dapat kawin beberapa kali dan meletakkan telur selama 2-6 hari. Perkembangan dari telur sampai dewasa berkisar 30-39 hari.
Gejala serangan, Larva serangga ini memakan daun dengan bentuk yang tidak beraturan. Dalam kondisi yang sangat lapar, larva memakan daun hingga menyisakan tulang daun.
2.2. Hama Sekunder
2.2.1. Lalat Bibit (Atherigona sp., Ordo: Diptera)
Atherigona sp. biasanya meletakkan telur pada pagi hari atau malam hari. Telur-telur tersebut diletakkan secara tunggal di bawah daun, axil daun, atau batang dekat permukaan tanah. Telur menetas pada malam hari minimal 33 jam atau maksimal empat hari setelah telur diletakkan. Telur spesies ini berwarna putih dengan panjang 1,25 mm dan lebar 0,35 mm dan warnanya berubah menjadi gelap sebelum menetas.
Larva terdiri atas tiga instar dengan stadia larva 6-18 hari. Larva spesies ini terdiri atas 12 ruas (satu ruas kepala, tiga ruas thorax, dan delapan ruas abdomen). Panjang larva mencapai 9 mm, berwarna putih krem pada awalnya dan selanjutnya menjadi kuning hingga kuning gelap.
Pupa terdapat pada pangkal batang dekat atau di bawah permukaan tanah. Imago keluar dari pupa setelah 5-12 hari pada pagi atau sore hari. Puparium berwarna coklat kemerahan sampai coklat dengan panjang 4,1 mm. Segmentasi tidak dapat dibedakan.
Imago akan terbang satu jam setelah keluar dari pupa. Kopulasi tidak terjadi pada beberapa hari setelah muncul dari pupa. Serangga dewasa sangat aktif terbang dan sangat tertarik pada kecambah atau tanaman yang baru tumbuh. Imago berukuran kecil dengan panjang 2,5-4,5 mm, caput agak lebar dengan antena panjang, thorax berambut, abdomen berwarna kuning dengan spot hitam pada bagian dorsal. Imago betina mulai meletakkan telur 3-5 hari setelah kawin dengan jumlah telur 7-22 butir atau bahkan dapat mencapai 70 butir. Imago betina meletakkan telur selama 3-7 hari.
Lama hidup serangga dewasa bervariasi antara 5-23 hari, masa hidup betina dua kali lebih lama daripada jantan. Siklus hidup telur hingga menjadi dewasa adalah 21-28 hari.
Gejala serangan, Larva yang baru menetas melubangi batang, kemudian membuat terowongan hingga ke dasar batang sehingga tanaman menjadi kuning dan akhirnya mati. Jika tanaman mengalami recovery, maka pertumbuhannya akan kerdil.
2.2.2 Kutu Daun, Rhopalosiphum maidis Fitch. (Homoptera: Aphididae)
Kutu Daun ini menginfeksi semua bagian tanaman, akan tetapi infeksi terbanyak terjadi pada daun. Kutu ini selain merusak daun tanaman inangnya juga membawa sebagai vector dari berbagai macam virus penyakit. Populasi kutu ini dapat mengalami perkembangan yang pesat.
Perkembangbiakan kutu daun secara parthenogenesis memungkinkan spesies kutu daun ini untuk melestarikan jenisnya tanpa harus melakukan perkawinan. Daur hidup kutu ini dimulai dari telur, kemudian nympha, dan kutu dewasa. Pada fase nympha, kutu ini mengalami 4 tahapan. Tahapan pertama nympha akan tampak berwarna hijau cerah dan sudah terdapat antena. Tahap nympha kedua tampak berwarna hijau pale dan sudah tampak kepala, abdomen, mata berwarna merah, dan antenna yang terlihat lebih gelap dari pada warna tubuh. Pada tahap ketiga, antena akan terbagi menjadi 2 segmen, warna tubuh masih hijau pale dengan sedikit lebih gelap pada sisi lateral tubuhnya, kaki tampak lebih gelap daripada warna tubuh. Kutu dewasa ada beberapa yang memiliki sayap (alate) dan yang tidak memiliki saya (apterous). Sayap pada kutu ini memiliki panjang antara 0,04 to 0,088 inchi. Tubuh kutu dewasa berwarna kuning kehijauan sampai berwarna hijau gelap.
Kutu daun (Rhopalosiphum maidis) menyerang pertanaman jagung terutama pada bagian pucuk daun yang masih muda. Hama ini menyerang mulai dari awal pertanaman. Hama ini ditemukan sangat banyak di pertanaman. Gejala kerusakan yang disebabkan oleh hama ini adalah nekrotik, daun mengkriting dan warna daun berubah.
2.2.3. Belalang, Oxya spp. (Orthophtera: Acrididae)
Imago betina Oxya sp. meletakkan telur secara berkelompok dan ditutupi dengan zat yang menyerupai busa. Telur-telur tersebut diletakkan di dalam tanah atau jaringan tanaman padi. Telur Oxya sp. berwarna coklat kekuningan berbentuk silinder menyerupai butiran gabah. Satu kelompok telur rata-rata berisi sembilan butir dan umumnya kelompok telur tersebut akan menetas pada pagi hari empat minggu setelah peletakkan (Kalshoven 1981).
Nimfa terdiri dari lima instar yang masing-masing dapat dibedakan dari ukuran dan warna. Nimfa instar I berukuran 7 mm, berwarna hitam mengkilap kehijauan dengan mata majemuk abu-abu keperakan. Nimfa instar 2 berukuran 6- 11 mm, dengan warna hitam memudar. Nimfa instar 3 berukuran 9-14 mm, berwarna coklat kehijauan dan sudah terbentuk bakal sayap. Nimfa instar 4 berukuran 12-17 mm, berwarna hijau kecoklatan dengan bakal sayap mencapai mesotoraks dan metatoraks. Nimfa instar 5 berukuran 16-22 mm, bakal sayap mencapai abdomen ruas ketiga. Lama stadium nimfa berkisar antara 51- 73 hari.
Imago jantan umumnya berukuran 18-27 mm, sedangkan imago betina antara 24-43,5 mm. Imago berwarna hijau kekuningan atau kuning kecoklatan dan tampak mengkilat. Imago jantan mempunyai sepasang garis terang dikepala dan bagian dorsal sedangkan pada imago betina terdapat garis gelap dibagian mata hingga pangkal sayap (CPC 2000).
Gejala serangan belalang tidak spesifik, bergantung pada tipe tanaman yang diserang dan tingkat populasi. Daun biasanya bagian pertama yang diserang. Hampir keseluruhan daun habis termasuk tulang daun, jika serangannya parah. Spesies ini dapat pula memakan batang dan tongkol jagung jika populasinya sangat tinggi dengan sumber makanan terbatas
2.3. Teknik pengendalian
2.3.1. Pengendalian Ostrinia furnacalis
  • Kultur teknis
    Waktu tanam yang tepat.
    Tumpang sari jagung dengan kedelai atau kacang tanah.
    Pemotongan sebagian bunga jantan (4 dari 6 baris tanaman).
    Pengendalian hayati, Pemanfaatan musuh alami seperti : Parasitoid Trichogramma spp. Parasitoid tersebut dapat memarasit telur O. furnacalis. Predator Euborellia annulata memangsa larva dan pupa O. Furnacalis. Bakteri Bacillus thuringiensis Kurstaki mengendalikan larva O. Furnacalis, Cendawan sebagai entomopatogenik adalah Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae mengendalikan larva O. furnacalis. Ambang ekonomi 1 larva/tanaman.
    Pengendalian kimiawi, Penggunaan insektisida yang berbahan aktif monokrotofos, triazofos, diklhrofos, dan karbofuran efektif untuk menekan penggerek batang jagung.
2.3.2. Pengendalian H. armigera
Pengendalian H. armigera dapat dilakukan dengan cara hayati, kultur teknis, dan kimiawi. Pengendalian hayati yaitu menggunakan parasitoid Trichogramma spp. yang merupakan parasit telur dan Eriborus argentiopilosa (Ichneumonidae) parasit pada larva muda, cendawan Metarhizium anisopliae menginfeksi larva, bakteri Bacillus thuringensis dan virus Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV) menginfeksi larva. Pengendalian kultur teknis yaitu pengelolaan tanah yang baik akan merusak pupa yang terbentuk dalam tanah dan dapat mengurangi populasi H. armigera berikutnya. Pengendalian kimiawi yaitu dengan penyemprotan insektisida Decis dilakukan setelah terbentuknya rambut jagung pada tongkol dan

2.3.3. Pengendalian Lalat Bibit
Pengendalian hayati : Parasitoid yang memarasit telur adalah Trichogramma spp, dan parasit larva adalah Opius sp. Dan Tetrastichus sp. Predator Clubiona japonicola yang merupakan predator imago.
Kultur teknis dan pola tanam : Oleh karena aktivitas lalat bibit hanya selama 1 – 2 bulan pada musim hujan, maka dengan mengubah waktu tanam, pergiliran tanaman dengan tanaman bukan padi, tanaman dengan tanaman bukan padi, dengan tanam serempak serangan dapat dihindari.
Varietas Resisten : Galur-galur jagung QPM putih yang tahan terhadap lalat bibit adalah MSQ-P1 (S1)-C1-12, MSQ-P1(S1)-C1-44, MSQ-P1(S1)-C1-45, sementara galur-galur jagung QPM kuning yang tahan terhadap serangan hama ini adalah MSQ-K1(S1)-C1-16, MSQ-K1(S1)-C1-35, MSQ-K1(S1)-C1-50.
Kimiawi : Pengendalian dengan insektisida dapat dilakukan dengan perlakuan benih (seed dressing), yaitu thiodikarb dengan dosis 7,5-15g b.a./kg benih atau karbofuran dengan dosis 6g b.a./kg benih. Selanjutnya setelah tanaman berumur 5-7 hari, tanaman disemprot dengan karbosulfan dengan dosis 0,2kg b.a./ha atau thiodikarb 0,75 kg b.a/ha. Penggunaan insektisida hanya dianjurkan di daerah endemik
2.3.4. Pengendalian Kutu Daun
Pengendalian hama ini dapat menggunakan musuh alami yaitu dengan parasitoid Lysiphlebus mirzai (Famili: Braconidae). Coccinella sp. dan Micraspis sp. juga dapat dimanfaatkan sebagai predator. Selain itu, pengendalian dengan kultur teknis juga dapat dilakukan yaitu dengan penanaman jagung secara polikultur karena akan meningkatkan predasi dari predator kutu daun dibandingkan dengan penanaman secara monokultur. 
2.3.5. Pengendalian Belalang
Beberapa musuh alami berupa parasitoid dan predator telah dilaporkan dapat mengendalikan populasi Oxya sp. musuh alami tersebut diantaranya adalah larva Systoechus sp. (Diptera: Bombyliidae). Selain itu, burung dan laba-laba dapat menurunkan populasi Oxya sp. (CPC 2000). Musuh alami Oxya sp. dari golongan patogen serangga adalah Metarhizium anisopliae. Dalam penelitian yang telah dilakukan, patogen ini digunakan sebagai biopestisida yang mampu mengendalikan 70-90 % belalang selama kurun waktu 14-20 hari (Pabbage et al. 2007).
2.3.6. Pengendalian Ulat Grayak (Spodoptera litura)
Kultur teknik
  1. Pembakaran tanaman
  2. Pengolahan tanah yang intensif.
Pengendalian fisik / mekanis
Mengumpulkan larva atau pupa dan bagian tanaman yang terserang kemudian memusnahkannya. Penggunaan perangkap feromonoid seks untuk ngengat sebanyak 40 buah per hektar atau 2 buah per 500 m2 dipasang di tengah tanaman sejak tanaman berumur 2 minggu.
Pengendalian Hayati
Pemanfaatan musuh alami seperti : patogen SI-NPV (Spodoptera litura- Nuclear Polyhedrosis Virus), Cendawan Cordisep, Aspergillus flavus, Beauveria bassina, Nomuarea rileyi, dan Metarhizium anisopliae, bakteri Bacillus thuringensis, nematoda Steinernema sp,. Predator Sycanus sp,. Andrallus spinideus, Selonepnis geminada, parasitoid Apanteles sp., Telenomus spodopterae, Microplistis similis, dan Peribeae sp.
Pengendalian Kimiawi
Beberapa insektisida yang dianggap cukup efektif adalah monokrotofos, diazinon, khlorpirifos, triazofos, dikhlorovos, sianofenfos, dan karbaril.
BAB III
PENUTUP

Berdasarkan dari hasil pemaparan makalah yang berjudul Hama Penting Pada Tanaman Jagung (Zea mayz L ), dapat diambil kesimpulan, yaitu:
  1. Hama utama tanaman jagung yaitu penggerek batang (Ostrinia furnacalis) dan ulat penggerek tongkol (H. armigera)
  2. Hama sekunder tanaman jagung yaitu lalat bibit, kutu daun, belalang dan ulat grayak.
  3. Teknik pengendalian yang dapat dilakukan untuk menekan serangan hama yaitu dengan kultur teknis, pengendalian hayati, pengendalian fisik mekanik dan pengendalian kimiawi.

DAFTAR PUSTAKA

Akib, W., J. Tandiabang, dan Tenrirawe. 2000. Dinamika hama utama tanaman jagung pada pola tanam berbasis jagung. Hasil Penelitian Hama dan Penyakit. Hal.1-9.
Departement for Environment. 2000. Helicoverpa armigera and Helico-verpa zea. http:www.defra. gov.uk/ planth/pest note/helicov.htm.
Cunningham, J.P., S.A. West, and D.J. Wright. 1998. Learning in the nectar foraging behaviour of Helicoverpa armigera. Unievrsity of Edinburgh. Ecological Entomology. 23:363-369.
Huang, U., Shaofu Xu, Xiang han Tamag, and Jiawei Du. 2005. Male orientation inhibitor of Helicoverpa armigera (Lepidoptera : Noctuidae). http://plasa.snu.ac.kr/-ksboo/ korean_home/infortation/pheromones/96 symposium/9634mp10.htm.
Kuswanudin, D., S.G. Budiarti, dan S.A. Rais. 2005. Evaluas ketahanan plasma nutfah jagung terhadap lalat bibit Atherigona exigua Stein. http://66-102.7.104/ search.
Ortega, A. 1987. Insect Pest of Maize. CIMMYT. P.90-92.
Tandiabang, J. 2002. Fluktuasi populasi predator dan parasitoid dari Ostrinia furnacalis dan Helicoverpa armigera pada tanaman jagung di lahan kering. Hasil Penelitian Hama dan Penyakit. Hal.1-9.








Buah Manggis


Manfaat Buah Manggis

Berikut ini beberapa manfaat buah manggis bagi kesehatan yang perlu anda ketahui.
  1. Dapat menyembuhkan dan juga mencegah penyakit kanker.
  2. Dapat mencegah penyakit mematikan seperti kanker, diabetes, penyakit jantung, dan lainnya.
  3. Dapat mengurangi tekanan darah tinggi.
  4. Melawan radikal bebas.
  5. Dapat menurunkan kadar kolesterol.
  6. Dapat mengatasi kegemukan atau mengurangi berat badan.
  7. Dapat meningkatkan energi kita.
  8. Dapat mengatasi penyakit batu ginjal.
  9. Memelihara/melancarkan pencernaan karena buah manggis kaya dengan serat.
  10. Mengatasi ganguan pernafasan.
  11. Buah manggis dapat mencegah tumbuhnya sel-sel pada penyakit leukemia.
  12. Mencegah gangguan penglihatan seperti katarak.
  13. Mampu mencegah penyakit jantung.
  14. Membantu menyembuhkan penyakit asma.
  15. Menjaga saluran kencing.

Wednesday, April 10, 2013

Teknik Pengambilan Sampel


TEKNIK SAMPLING

       Sampel adalah sebagian dari populasi. Artinya tidak akan ada sampel jika tidak ada populasi. Populasi adalah keseluruhan elemen atau unsur yang akan kita teliti. Penelitian yang dilakukan atas seluruh elemen dinamakan sensus. Idealnya, agar hasil penelitiannya lebih bisa dipercaya, seorang peneliti harus melakukan sensus. Namun karena sesuatu hal peneliti bisa tidak meneliti keseluruhan elemen tadi, maka yang bisa dilakukannya adalah meneliti sebagian dari keseluruhan elemen atau unsur tadi.
       Berbagai alasan yang masuk akal mengapa peneliti tidak melakukan sensus antara lain adalah,(a) populasi demikian banyaknya sehingga dalam prakteknya tidak mungkin seluruh elemen diteliti; (b) keterbatasan waktu penelitian, biaya, dan sumber daya manusia, membuat peneliti harus telah puas jika meneliti sebagian dari elemen penelitian; (c) bahkan kadang, penelitian yang dilakukan terhadap sampel bisa lebih reliabel daripada terhadap populasi – misalnya, karena elemen sedemikian banyaknya maka akan memunculkan kelelahan fisik dan mental para pencacahnya sehingga banyak terjadi kekeliruan. (Uma Sekaran, 1992); (d) demikian pula jika elemen populasi homogen, penelitian terhadap seluruh elemen dalam populasi menjadi tidak masuk akal, misalnya untuk meneliti kualitas jeruk dari satu pohon jeruk   
       Agar hasil penelitian yang dilakukan terhadap sampel masih tetap bisa dipercaya dalam artian masih bisa mewakili karakteristik populasi,  maka cara penarikan sampelnya harus dilakukan secara seksama. Cara pemilihan sampel dikenal dengan nama teknik sampling atau teknik pengambilan sampel .         
      Populasi atau universe adalah sekelompok orang, kejadian, atau benda, yang dijadikan obyek penelitian. Jika yang ingin diteliti adalah sikap konsumen terhadap satu produk tertentu, maka populasinya adalah seluruh konsumen produk tersebut. Jika yang diteliti adalah laporan keuangan perusahaan “X”, maka populasinya adalah keseluruhan laporan keuangan perusahaan “X” tersebut, Jika yang diteliti adalah motivasi pegawai di departemen “A” maka populasinya adalah seluruh pegawai di departemen “A”. Jika yang diteliti adalah efektivitas gugus kendali mutu (GKM) organisasi “Y”, maka populasinya adalah seluruh GKM organisasi “Y”

         Elemen/unsur adalah setiap satuan populasi. Kalau dalam populasi terdapat 30 laporan keuangan, maka setiap laporan keuangan tersebut adalah unsur atau elemen penelitian. Artinya dalam populasi tersebut terdapat 30 elemen penelitian. Jika populasinya adalah pabrik sepatu, dan jumlah pabrik sepatu 500, maka dalam populasi tersebut terdapat 500 elemen penelitian.

Syarat Pengambilan Sampel

       Secara umum, sampel yang baik adalah yang dapat mewakili sebanyak mungkin karakteristik populasi. Dalam bahasa pengukuran, artinya sampel harus valid, yaitu bisa mengukur sesuatu yang seharusnya diukur. Kalau yang ingin diukur adalah masyarakat Sunda sedangkan yang dijadikan sampel adalah hanya orang Banten saja, maka sampel tersebut tidak valid, karena tidak mengukur sesuatu yang seharusnya diukur (orang Sunda). Sampel yang valid ditentukan oleh dua pertimbangan.
Pertama : Akurasi atau ketepatan , yaitu tingkat ketidakadaan “bias” (kekeliruan) dalam sample. Dengan kata lain makin sedikit tingkat kekeliruan yang ada dalam sampel, makin akurat sampel tersebut. Tolok ukur adanya “bias” atau kekeliruan  adalah populasi.
Cooper dan Emory (1995) menyebutkan bahwa “there is no systematic variance yang maksudnya adalah tidak ada keragaman pengukuran yang disebabkan karena pengaruh yang diketahui atau tidak diketahui, yang menyebabkan skor cenderung mengarah pada satu titik tertentu. Sebagai contoh, jika ingin mengetahui rata-rata luas tanah suatu perumahan, lalu yang dijadikan sampel adalah rumah yang terletak di setiap sudut jalan, maka hasil atau skor yang diperoleh akan bias. Kekeliruan semacam ini bisa terjadi pada sampel yang diambil secara sistematis
      Contoh systematic variance yang banyak ditulis dalam buku-buku metode penelitian adalah jajak-pendapat (polling) yang dilakukan oleh Literary Digest (sebuah majalah yang terbit di Amerika tahun 1920-an) pada tahun 1936. (Copper & Emory, 1995, Nan lin, 1976). Mulai tahun 1920, 1924, 1928, dan tahun 1932 majalah ini berhasil memprediksi siapa yang akan jadi presiden dari calon-calon presiden yang ada. Sampel diambil berdasarkan petunjuk dalam buku telepon dan dari daftar pemilik mobil. Namun pada tahun 1936 prediksinya salah. Berdasarkan jajak pendapat, di antara dua calon presiden (Alfred M. Landon dan Franklin D. Roosevelt), yang akan menang adalah Landon, namun meleset karena ternyata Roosevelt yang terpilih menjadi presiden Amerika.
       Setelah diperiksa secara seksama, ternyata Literary Digest membuat kesalahan dalam menentukan sampel penelitiannya . Karena semua sampel yang diambil adalah mereka yang memiliki telepon dan mobil, akibatnya pemilih yang sebagian besar tidak memiliki telepon dan mobil (kelas rendah) tidak terwakili, padahal Rosevelt lebih banyak dipilih oleh masyarakat kelas rendah tersebut. Dari kejadian tersebut ada dua pelajaran yang diperoleh : (1), keakuratan prediktibilitas dari suatu sampel tidak selalu bisa dijamin dengan banyaknya jumlah sampel; (2) agar sampel dapat memprediksi dengan baik populasi, sampel harus mempunyai selengkap mungkin karakteristik populasi (Nan Lin, 1976).
Kedua : Presisi. Kriteria kedua sampel yang baik adalah memiliki tingkat presisi estimasi. Presisi mengacu pada persoalan sedekat mana estimasi kita  dengan karakteristik populasi. Contoh : Dari 300 pegawai produksi, diambil sampel 50 orang. Setelah diukur ternyata rata-rata perhari, setiap orang menghasilkan 50 potong produk “X”. Namun berdasarkan laporan harian, pegawai bisa menghasilkan produk “X” per harinya rata-rata 58 unit. Artinya di antara laporan harian yang dihitung berdasarkan populasi dengan hasil penelitian yang dihasilkan dari sampel, terdapat perbedaan 8 unit. Makin kecil tingkat perbedaan di antara rata-rata populasi dengan rata-rata sampel, maka makin tinggi tingkat presisi sampel tersebut.
         Belum pernah ada sampel yang bisa mewakili karakteristik populasi sepenuhnya. Oleh karena itu dalam setiap penarikan sampel senantiasa melekat keasalahan-kesalahan, yang dikenal dengan nama “sampling error” Presisi diukur oleh simpangan baku (standard error). Makin kecil perbedaan di antara simpangan baku yang diperoleh dari sampel (S) dengan simpangan baku dari populasi (s), makin tinggi pula tingkat presisinya. Walau tidak selamanya, tingkat presisi mungkin  bisa meningkat dengan cara menambahkan jumlah sampel, karena kesalahan mungkin bisa berkurang kalau jumlah sampelnya ditambah ( Kerlinger, 1973 ). Dengan contoh di atas tadi, mungkin saja perbedaan rata-rata di antara populasi dengan sampel bisa lebih sedikit, jika sampel yang ditariknya ditambah. Katakanlah dari 50 menjadi 75.

Ukuran sampel
         Ukuran sampel atau jumlah sampel yang diambil menjadi persoalan yang penting manakala jenis penelitian yang akan dilakukan adalah penelitian yang menggunakan analisis kuantitatif. Pada penelitian yang menggunakan analisis kualitatif, ukuran sampel bukan menjadi nomor satu, karena yang dipentingkan alah kekayaan informasi. Walau jumlahnya sedikit tetapi jika kaya akan informasi, maka sampelnya lebih bermanfaat.
         Dikaitkan dengan besarnya sampel, selain tingkat kesalahan, ada lagi beberapa faktor lain yang perlu memperoleh pertimbangan yaitu, (1) derajat keseragaman, (2) rencana analisis, (3) biaya, waktu, dan tenaga yang tersedia . (Singarimbun dan Effendy, 1989). Makin tidak seragam sifat atau karakter setiap elemen populasi, makin banyak sampel yang harus diambil.  Jika rencana analisisnya mendetail atau rinci maka jumlah sampelnya pun harus banyak. Misalnya di samping ingin mengetahui sikap konsumen terhadap kebijakan perusahaan, peneliti juga bermaksud mengetahui hubungan antara sikap dengan tingkat pendidikan. Agar tujuan ini dapat tercapai maka sampelnya harus terdiri atas berbagai jenjang pendidikan SD, SLTP. SMU, dan seterusnya.. Makin sedikit waktu, biaya , dan tenaga yang dimiliki peneliti, makin sedikit pula sampel yang bisa diperoleh. Perlu dipahami bahwa apapun alasannya, penelitian haruslah dapat dikelola dengan baik (manageable).
          Misalnya, jumlah bank yang dijadikan populasi penelitian ada 400 buah. Pertanyaannya adalah, berapa bank yang harus diambil menjadi sampel agar hasilnya mewakili populasi?. 30?, 50? 100? 250?. Jawabnya tidak mudah. Ada yang mengatakan, jika ukuran populasinya di atas 1000, sampel sekitar 10 % sudah cukup, tetapi jika ukuran populasinya sekitar 100, sampelnya paling sedikit 30%, dan kalau ukuran populasinya 30, maka sampelnya harus 100%.
          Ada pula yang menuliskan, untuk penelitian deskriptif, sampelnya 10% dari populasi, penelitian korelasional, paling sedikit 30 elemen populasi, penelitian perbandingan kausal, 30 elemen per kelompok, dan untuk penelitian eksperimen 15 elemen per kelompok (Gay dan Diehl, 1992).
          Roscoe (1975) dalam Uma Sekaran (1992)  memberikan pedoman penentuan jumlah sampel sebagai berikut :
1.      Sebaiknya ukuran sampel di antara 30 s/d 500 elemen
2.      Jika sampel dipecah lagi ke dalam subsampel (laki/perempuan, SD?SLTP/SMU, dsb), jumlah minimum subsampel harus 30
3.      Pada penelitian multivariate (termasuk analisis regresi multivariate) ukuran sampel harus beberapa kali lebih besar (10 kali) dari jumlah variable yang akan dianalisis.
4.      Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, dengan pengendalian yang ketat, ukuran sampel bisa antara 10 s/d 20 elemen.
Krejcie dan Morgan (1970) dalam Uma Sekaran (1992) membuat daftar yang bisa dipakai untuk menentukan jumlah sampel sebagai berikut (Lihat Tabel)   

Populasi (N)
Sampel (n)
Populasi (N)
Sampel (n)
Populasi (N)
Sampel (n)
10
10
220
140
1200
291
15
14
230
144
1300
297
20
19
240
148
1400
302
25
24
250
152
1500
306
30
28
260
155
1600
310
35
32
270
159
1700
313
40
36
280
162
1800
317
45
40
290
165
1900
320
50
44
300
169
2000
322
55
48
320
175
2200
327
60
52
340
181
2400
331
65
56
360
186
2600
335
70
59
380
191
2800
338
75
63
400
196
3000
341
80
66
420
201
3500
346
85
70
440
205
4000
351
90
73
460
210
4500
354
95
76
480
214
5000
357
100
80
500
217
6000
361
110
86
550
226
7000
364
120
92
600
234
8000
367
130
97
650
242
9000
368
140
103
700
248
10000
370
150
108
750
254
15000
375
160
113
800
260
20000
377
170
118
850
265
30000
379
180
123
900
269
40000
380
190
127
950
274
50000
381
200
132
1000
278
75000
382
210
136
1100
285
1000000
384

         
         Sebagai informasi lainnya, Champion (1981) mengatakan bahwa sebagian besar uji statistik selalu menyertakan rekomendasi ukuran sampel. Dengan kata lain, uji-uji statistik yang ada akan sangat efektif jika diterapkan pada sampel yang jumlahnya 30 s/d 60 atau dari 120 s/d 250. Bahkan jika sampelnya di atas 500, tidak direkomendasikan untuk menerapkan uji statistik. (Penjelasan tentang ini dapat dibaca di Bab 7 dan 8 buku Basic Statistics for Social Research, Second Edition)

Teknik Pengambilan Sampel

       Secara umum, ada dua jenis teknik pengambilan sampel yaitu, sampel acak atau random sampling / probability sampling, dan sampel tidak acak atau nonrandom samping/nonprobability sampling. Yang dimaksud dengan random sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi. Artinya jika elemen populasinya ada 100 dan yang akan dijadikan sampel adalah 25, maka setiap elemen tersebut mempunyai kemungkinan 25/100 untuk bisa dipilih menjadi sampel. Sedangkan yang dimaksud dengan nonrandom sampling atau nonprobability sampling, setiap elemen populasi tidak mempunyai kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel. Lima elemen populasi dipilih sebagai sampel karena letaknya dekat dengan rumah peneliti, sedangkan yang lainnya, karena jauh, tidak dipilih; artinya kemungkinannya 0 (nol).
         Dua jenis teknik pengambilan sampel di atas mempunyai tujuan yang berbeda. Jika peneliti ingin hasil penelitiannya bisa dijadikan ukuran untuk mengestimasikan populasi, atau istilahnya adalah melakukan generalisasi maka seharusnya sampel representatif dan diambil secara acak. Namun jika peneliti tidak mempunyai kemauan melakukan generalisasi hasil penelitian maka sampel bisa diambil secara tidak acak. Sampel tidak acak biasanya juga diambil jika peneliti tidak mempunyai data pasti tentang ukuran populasi dan informasi lengkap tentang setiap elemen populasi. Contohnya, jika yang diteliti populasinya adalah konsumen teh botol, kemungkinan besar peneliti tidak mengetahui dengan pasti berapa jumlah konsumennya, dan juga karakteristik konsumen. Karena dia tidak mengetahui ukuran pupulasi yang tepat, bisakah dia mengatakan bahwa 200 konsumen sebagai sampel dikatakan “representatif”?. Kemudian, bisakah peneliti  memilih sampel secara acak, jika tidak ada informasi yang cukup lengkap tentang diri konsumen?. Dalam situasi yang demikian, pengambilan sampel dengan cara acak tidak dimungkinkan, maka tidak ada pilihan lain kecuali sampel diambil dengan cara tidak acak atau nonprobability sampling, namun dengan konsekuensi hasil penelitiannya tersebut tidak bisa digeneralisasikan. Jika ternyata dari 200 konsumen teh botol tadi merasa kurang puas, maka peneliti tidak bisa mengatakan bahwa sebagian besar konsumen teh botol merasa kurang puas terhadap the botol.
         Di setiap jenis teknik pemilihan tersebut, terdapat beberapa teknik yang lebih spesifik lagi. Pada sampel acak (random sampling) dikenal dengan istilah simple random sampling, stratified random sampling, cluster sampling, systematic sampling, dan area sampling. Pada nonprobability sampling dikenal beberapa teknik, antara lain adalah convenience sampling, purposive sampling, quota sampling, snowball sampling

Probability/ Random Sampling

       Syarat pertama yang harus dilakukan untuk mengambil sampel secara acak adalah memperoleh atau membuat kerangka sampel atau dikenal dengan nama “sampling frame”. Yang dimaksud dengan  kerangka sampling adalah daftar yang berisikan setiap elemen populasi yang bisa diambil sebagai sampel. Elemen populasi bisa berupa data tentang orang/binatang, tentang kejadian, tentang tempat, atau juga tentang benda. Jika populasi penelitian adalah mahasiswa perguruan tinggi “A”, maka peneliti harus bisa memiliki daftar semua mahasiswa yang terdaftar di perguruan tinggi “A “ tersebut selengkap mungkin. Nama, NRP, jenis kelamin, alamat, usia, dan informasi lain yang berguna bagi penelitiannya.. Dari daftar ini, peneliti akan bisa secara pasti mengetahui jumlah populasinya (N). Jika populasinya adalah rumah tangga dalam sebuah kota, maka peneliti harus mempunyai daftar seluruh rumah tangga kota tersebut.  Jika populasinya adalah wilayah Jawa Barat, maka penelti harus mepunyai peta wilayah Jawa Barat secara lengkap. Kabupaten, Kecamatan, Desa, Kampung. Lalu setiap tempat tersebut diberi kode (angka atau simbol) yang berbeda satu sama lainnya.
        Di samping sampling frame, peneliti juga harus mempunyai alat yang bisa dijadikan penentu sampel. Dari sekian elemen populasi, elemen mana saja yang bisa dipilih menjadi sampel?. Alat yang umumnya digunakan adalah Tabel Angka Random, kalkulator, atau  undian. Pemilihan sampel secara acak bisa dilakukan melalui sistem undian jika elemen populasinya tidak begitu banyak. Tetapi jika sudah ratusan, cara undian bisa mengganggu konsep “acak” atau “random” itu sendiri.

  1. Simple Random Sampling atau Sampel Acak Sederhana
Cara atau teknik ini dapat dilakukan jika analisis penelitiannya cenderung deskriptif dan bersifat umum. Perbedaan karakter yang mungkin ada pada setiap unsur atau elemen  populasi tidak merupakan hal yang penting bagi rencana analisisnya. Misalnya, dalam populasi ada wanita dan pria, atau ada yang kaya dan yang miskin, ada manajer dan bukan manajer, dan perbedaan-perbedaan lainnya.  Selama perbedaan gender, status kemakmuran, dan kedudukan dalam organisasi, serta perbedaan-perbedaan lain tersebut bukan merupakan sesuatu hal yang penting dan mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel secara acak sederhana. Dengan demikian setiap unsur populasi harus mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Prosedurnya :
    1. Susun “sampling frame”
    2. Tetapkan jumlah sampel yang akan diambil
    3. Tentukan alat pemilihan sampel
    4. Pilih sampel sampai dengan jumlah terpenuhi

  1. Stratified Random Sampling atau Sampel Acak Distratifikasikan
Karena unsur populasi berkarakteristik heterogen, dan heterogenitas tersebut mempunyai arti yang signifikan pada pencapaian tujuan penelitian, maka peneliti dapat mengambil sampel dengan cara ini. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui sikap manajer terhadap satu kebijakan perusahaan. Dia menduga bahwa manajer tingkat atas cenderung positif sikapnya terhadap kebijakan perusahaan tadi. Agar dapat menguji dugaannya tersebut maka sampelnya harus terdiri atas paling tidak para manajer tingkat atas, menengah, dan bawah. Dengan teknik pemilihan sampel secara random distratifikasikan, maka dia akan memperoleh manajer di ketiga tingkatan tersebut, yaitu stratum manajer atas, manajer menengah dan manajer bawah. Dari setiap stratum tersebut dipilih sampel secara acak. Prosedurnya :
    1. Siapkan “sampling frame”
    2. Bagi sampling frame tersebut berdasarkan strata yang dikehendaki
    3. Tentukan jumlah sampel dalam setiap stratum
    4. Pilih sampel dari setiap stratum secara acak.
Pada saat menentukan jumlah sampel dalam setiap stratum, peneliti dapat menentukan secara (a) proposional, (b) tidak proposional. Yang dimaksud dengan proposional adalah jumlah sampel dalam setiap stratum sebanding dengan jumlah unsur populasi dalam stratum tersebut. Misalnya, untuk stratum manajer tingkat atas (I) terdapat 15 manajer, tingkat menengah ada 45 manajer (II), dan manajer tingkat bawah (III) ada 100 manajer. Artinya jumlah seluruh manajer adalah 160. Kalau jumlah sampel yang akan diambil seluruhnya 100 manajer, maka  untuk stratum I diambil (15:160)x100 = 9 manajer, stratum II = 28 manajer, dan stratum 3 = 63 manajer.
Jumlah dalam setiap stratum tidak proposional. Hal ini terjadi jika jumlah unsur atau elemen di salah satu atau beberapa stratum sangat sedikit. Misalnya saja, kalau dalam stratum manajer kelas atas (I) hanya ada 4 manajer, maka peneliti bisa mengambil semua manajer dalam stratum tersebut , dan untuk manajer tingkat menengah (II) ditambah 5, sedangkan manajer tingat bawah (III), tetap 63 orang.
          
  1. Cluster Sampling atau Sampel Gugus
Teknik ini biasa juga diterjemahkan dengan cara pengambilan sampel berdasarkan gugus. Berbeda dengan teknik pengambilan sampel acak yang distratifikasikan, di mana setiap unsur dalam satu stratum memiliki karakteristik yang homogen (stratum A : laki-laki semua, stratum B : perempuan semua), maka dalam sampel gugus, setiap gugus boleh mengandung unsur yang karakteristiknya berbeda-beda atau heterogen. Misalnya, dalam satu organisasi terdapat 100 departemen. Dalam setiap departemen terdapat banyak pegawai dengan karakteristik berbeda pula. Beda jenis kelaminnya, beda tingkat pendidikannya, beda tingkat pendapatnya, beda tingat manajerialnnya, dan perbedaan-perbedaan lainnya. Jika peneliti bermaksud mengetahui tingkat penerimaan para pegawai terhadap suatu strategi yang segera diterapkan perusahaan, maka peneliti dapat menggunakan cluster sampling untuk mencegah terpilihnya sampel hanya dari satu atau dua departemen saja. Prosedur :
1.      Susun sampling frame berdasarkan gugus – Dalam kasus di atas, elemennya ada 100 departemen.
2.      Tentukan berapa gugus yang akan diambil sebagai sampel
3.      Pilih gugus sebagai sampel dengan cara acak
4.      Teliti setiap pegawai yang ada dalam gugus sample


     4. Systematic Sampling atau Sampel Sistematis
Jika peneliti dihadapkan pada ukuran populasi yang banyak dan tidak memiliki alat pengambil data secara random, cara pengambilan sampel sistematis dapat digunakan. Cara ini menuntut kepada peneliti untuk memilih unsur populasi secara sistematis, yaitu unsur populasi yang bisa dijadikan sampel adalah yang “keberapa”.  Misalnya, setiap unsur populasi yang keenam, yang bisa dijadikan sampel. Soal “keberapa”-nya satu unsur populasi bisa dijadikan sampel tergantung pada  ukuran populasi dan ukuran sampel. Misalnya, dalam satu populasi terdapat 5000 rumah. Sampel yang akan diambil adalah 250 rumah dengan demikian interval di antara sampel kesatu, kedua, dan seterusnya adalah 25. Prosedurnya :
5.      Susun sampling frame
6.      Tetapkan jumlah sampel yang ingin diambil
7.      Tentukan K (kelas interval)
8.      Tentukan angka atau nomor awal di antara kelas interval tersebut secara acak atau random – biasanya melalui cara undian saja.
9.      Mulailah mengambil sampel dimulai dari angka atau nomor awal yang terpilih.
10.  Pilihlah sebagai sampel angka atau nomor interval berikutnya

4.      Area Sampling atau Sampel Wilayah
Teknik ini dipakai ketika peneliti dihadapkan pada situasi bahwa populasi penelitiannya tersebar di berbagai wilayah. Misalnya, seorang marketing manajer sebuah stasiun TV ingin mengetahui tingkat penerimaan masyarakat Jawa Barat atas sebuah mata tayangan, teknik pengambilan sampel dengan area sampling sangat tepat. Prosedurnya :
1.      Susun sampling frame yang menggambarkan peta wilayah (Jawa Barat) – Kabupaten, Kotamadya, Kecamatan, Desa.
2.      Tentukan wilayah yang akan dijadikan sampel (Kabupaten ?, Kotamadya?, Kecamatan?, Desa?)
3.      Tentukan berapa wilayah yang akan dijadikan sampel penelitiannya.
4.      Pilih beberapa wilayah untuk dijadikan sampel dengan cara acak atau random.
5.      Kalau ternyata masih terlampau banyak responden yang harus diambil datanya, bagi lagi wilayah yang terpilih ke dalam sub wilayah.

Nonprobability/Nonrandom Sampling atau Sampel Tidak Acak
        Seperti telah diuraikan sebelumnya, jenis sampel ini tidak dipilih secara acak. Tidak semua unsur atau elemen populasi mempunyai kesempatan sama untuk bisa dipilih menjadi sampel. Unsur populasi yang terpilih menjadi sampel bisa disebabkan karena kebetulan atau karena faktor lain yang sebelumnya sudah direncanakan oleh peneliti.
1.      Convenience Sampling atau sampel yang dipilih dengan pertimbangan kemudahan.
Dalam memilih sampel, peneliti tidak mempunyai pertimbangan lain kecuali berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tadi ada di situ atau kebetulan dia mengenal orang tersebut. Oleh karena itu ada beberapa penulis menggunakan istilah accidental sampling – tidak disengaja – atau juga captive sample  (man-on-the-street) Jenis sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk penelitian penjajagan, yang kemudian diikuti oleh penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara acak (random). Beberapa kasus penelitian yang menggunakan jenis sampel ini,  hasilnya ternyata kurang obyektif.

2.      Purposive Sampling
Sesuai dengan namanya, sampel diambil dengan maksud atau tujuan tertentu. Seseorang atau sesuatu diambil sebagai sampel karena peneliti menganggap bahwa seseorang atau sesuatu tersebut memiliki informasi yang diperlukan bagi penelitiannya. Dua jenis sampel ini dikenal dengan nama judgement dan quota sampling.
Judgment Sampling
Sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya.. Misalnya untuk memperoleh data tentang bagaimana satu proses produksi direncanakan oleh suatu perusahaan, maka manajer produksi merupakan orang yang terbaik untuk bisa memberikan informasi. Jadi, judment sampling umumnya memilih sesuatu atau seseorang menjadi sampel karena mereka mempunyai “information rich”.
Dalam program pengembangan produk (product development), biasanya yang dijadikan sampel adalah karyawannya sendiri, dengan pertimbangan bahwa kalau karyawan sendiri tidak puas terhadap produk baru yang akan dipasarkan, maka jangan terlalu berharap pasar akan menerima produk itu dengan baik. (Cooper dan Emory, 1992).
Quota Sampling
Teknik sampel ini adalah bentuk dari sampel distratifikasikan secara proposional, namun tidak dipilih secara acak melainkan secara kebetulan saja.
Misalnya, di sebuah kantor terdapat pegawai laki-laki 60%  dan perempuan 40% . Jika seorang peneliti ingin mewawancari 30 orang pegawai dari kedua jenis kelamin tadi maka dia harus mengambil sampel pegawai laki-laki sebanyak 18 orang sedangkan pegawai perempuan 12 orang. Sekali lagi, teknik pengambilan ketiga puluh sampel tadi tidak dilakukan secara acak, melainkan secara kebetulan saja.

3.      Snowball Sampling – Sampel Bola Salju
Cara ini banyak dipakai ketika peneliti tidak banyak tahu tentang populasi penelitiannya. Dia hanya tahu satu atau dua orang yang berdasarkan penilaiannya bisa dijadikan sampel. Karena peneliti menginginkan lebih banyak lagi, lalu dia minta kepada sampel pertama untuk menunjukan orang lain yang kira-kira bisa dijadikan sampel. Misalnya, seorang peneliti ingin mengetahui pandangan kaum lesbian terhadap lembaga perkawinan. Peneliti cukup mencari satu orang wanita lesbian dan kemudian melakukan wawancara. Setelah selesai, peneliti tadi minta kepada wanita lesbian tersebut untuk bisa mewawancarai teman lesbian lainnya. Setelah jumlah wanita lesbian yang berhasil diwawancarainya dirasa cukup, peneliti bisa mengentikan pencarian wanita lesbian lainnya. . Hal ini bisa juga dilakukan pada pencandu narkotik, para gay, atau kelompok-kelompok sosial lain yang eksklusif (tertutup)